Selasa, 21 April 2015

SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT



A.      Pengertian Surveilans Kesehatan Masyarakat
Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.
Menurut German (2001), Surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan masyarakat dapat digunakan :
a.   Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus penting kesehatan masyarakat
b. Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk identifikasi populasi resiko tinggi
c.   Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
d.      Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
e.       Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publik
f.       Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan, dan
g.      Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.
Surveilans  kesehatan masyarakat adalah  pengumpulan,  analisis, dan analisis data secara terus- menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab  dalam  pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya  (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Menurut Timmreck (2005), surveilans epidemiologi adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi secara sistematik dan berkesinambungan pada data yang berkaitan dengan kesehatan, penyakit, dan kondisi. Temuan dari kegiatan surveilans epidemiologi digunakan untuk merencanakan, mengkaji, mengevaluasi, dan menerapkan program pencegahan dan pengendalian di bidang kesehatan.
Sementara menurut pendapat lain dikemukan, surveilans merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian.

B.       Contoh Surveilans Kesehatan Masyarakat di Bidang Kesehatan
1.   Surveilans individu mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi.
Contoh: anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.

2. Surveilans penyakit melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah).
Contoh: program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.

3.      Syndromic surveillance melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Contoh: Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.

           4.    Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi.
      Contoh: pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.
     5.   Surveilans kesehatan masyarakat global. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Contoh : ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi.

C.      Tujuan Surveilans Kesehatan Masyarakat
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.  Tujuan  khusus surveilans, antara lain:
1.      Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2.      Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;
3.    Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
5.      Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6.      Mengidentifikasi kebutuhan riset (Giesecke, 2002).

D.      Manfaat Surveilans Kesehatan Masyarakat
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
Manfaat surveilans kesehatan masyarakat yaitu sebagai berikut:
    1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung yang dapat dikaitkan dengan tindakantindakan/intervensi kesehatan masyarakat. Dalam rangka menguraikan pola kejadian penyakit yang sedang berlangsung, contoh kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
b.      Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
c.  Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperti vektor yang dapat menyebabkan sakit dikemudian hari
d.      Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
      2.  Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis. Ada  4 ( empat ) Keadaan Masalah Kesehatan yaitu :
a.   Epidemi adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.
b.  Pandemi adalah Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
c.   Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
d.    Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu frekwensinya berubah – ubah menurut perubahan waktu.
    3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk mendeteksi adanya KLB atau wabah. Melalui pemahaman riwayat penyakit, dapat bermanfaat sebagai berikut:
a.  Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam intervensi kesehatan masyarakat
b.      Membantu untuk mengidentifikasi penyakit untuk keperluan penelitian epidemiologi
c.       Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit
        4. Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Data dasar sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir intervensi yang diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
     5. Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
        6.    Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan program. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam kegiatan surveilans adalah:
a.       Frekuensi kejadian (insidens, prevalensdan mortalitas);
b.      Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan);
c.       Biaya (biaya langsung dan tidak langsung);
d.      Dapat dicegah (preventability);
e.       Dapat dikomunikasikan (communicability);
f.       Public interest
         7.  Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika penularan penyakit menular.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004b. Kepmenkes tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
German, R.R. (2001) Recommendations and Reports, Update Guidelines for Evaluating Public Health Surveillance System
Giesecke, J. 2002. Modern Infectious Disease Epidemiology. London:Arnold.
Timmreck, C.T. (2005). Epidemiologi : Suatu Pengantar. EGC, Jakarta








Senin, 06 April 2015

KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI GIZI


A. PENDAHULUAN
Sampai saat ini gizi masih menjadi masalah di negara maju dan berkembang,salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi adalah dengan melaksanakan program KIE gizi.
KIE gizi adalah suatu cara pemberian informasi atau pesan yang berkaitan dengan gizi dari seseorang atau intitusi kepada masyarakat sebagai penerima pesan melalui media tertentu.
Para ahli komunikasi menyatakan tentang definisi, unsur-unsur komunikasi, serta proses yang terjadi pada saat komunikasi seperti: calr hovlan,Philip kotler,laswell.agar program KIE berjalan sukses ada beberapa tahapan KIE yang perlu dilakukan yaitu perencanaan,implementasi dan evaluaasi.
    B. DEFINISI,UNSUR DAN PROSES KOMUNIKASI
1.      Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah: proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menibulkan efek tertentu (Lasswell)
2.      Unsur dan Proses Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi menurut laswell meliputi lima unsursebagai jawaban pertanyaan yang di ajukan:
a.        Komunikator (Communicator,source,sender).
b.       Pesan (Massage).
c.        Media (Channel,Media).
d.       Komunikan (communicant,receiver).
e.        Efek (Effect,Impact,Infuence).
Unsur-unsur dalam proses komunikasi berdasarkan Philip Kotler adalah sebagai berikut
a. Sander atau Komunikator yaitu orang atau intitusi yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
b.  Enconding atau penyandian yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.
c.  Message atau pesan yaitu seprangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
d. Media yaitu saluran tempat berlalunya pesan dari komunikatro kepada komunikan
e. Decoding atau pengalih sandian yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f.   Receiver atau komunikan yaitu sipenerima pesan dari komunikator.
g.  Response atau tanggapan yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan.
h. Feedback atau umpan balik yaitu tanggapan komunikan yang tersampaikan /disampaikan kepada komunikator.
i.    Noise yaitu gangguan tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi.
  C.     HAMBATAN – HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI
Hambatan komunikasi dapat di kelompokkan menjadi tiga jenis berikut:
1.      Technical Barrier (Hambatan Tehnik)
a.  Timing
Waktu merupakan factor yang perlu diperhatikan dalam mengirim pesan,jadi perlu dilakukan penelitian sebelumnya tentang waktu yang tepat untuk mengirim pesan agar pesan dapat diterima kepada komunikan yang dimaksud.
b.  Information Load
Kondisi ini dapat terjadi apabila komunikan menerima banyak pesan pada satu waktu atau apabila terdapat banyak pesan melalui multimedia yang pesannya bertentangan.
c. Cultural Difference
Terdapat kebiasaan yang berbeda,misalnya tentang media habit sehingga perlu diketahui media habit pada populasi komunikan.
2.      Linguage Barrier (Hambatan Bahasa)
a.  Language
Bahasa pengantar yang berbeda antara komunikator dengan komunikan tentu menyebabkan pesan tidak akan sampai dan diterima oleh komunikan.
b. Vocabulary
Kata-kata dalam komunikasi sebaiknya di gunakan sesuai dengan segmen komunikan, yang dapat dibedakan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, social ekonomi, dan lain-lain.
c. Somantic
Komunikator sebaiknya dapat memilih kata-kata yang tepat, jangan sampai memberikan kata-kata yang dapat memberikan arti yang berbeda kepada komunikan.
d. Jargon
Komunikator sebaiknya mengerti istilah-istilah tertentu yang biasa di gunakan dalam percakapan sehingga dapat lebih mudah di mengerti.
3.      Psychological Barrier (Hambatan Psikologi)
a.  Information Filtering
Apabila pesan yang disampaikan dari mulut ke mulut , pesan yang akan disampaikan ke komunikan terkadang berbeda dengan pertama hal ini dikarenakan adanya Information Filtering.Maka, perlu dipertimbangkan media yang sesuai agar pesan dapat disampaikan tanpa mengubah isi pesan.
b.    Lacking Trust
Komunikasi kurang berhasil akibat ketidakpercayaan masyarakat kepada si pemberi pesan.
c.   Pre-occupation
Pesan tidak akan sampai kepada penerima pesan jika si penerima pesan sibuk dengan diriny sendiri atau sibuk dengan kegiatanya masing-masing.
d.  Hearing what we expect to hear
Pesan akan di dengarkan oleh penerima pesan apabila memang menjadi kebutuhan penerima pesan,tetapi jika pesan tersebut bukan merupakan kebutuhan penerima pesan maka akan sulit untuk di dengarkan.
e.  Perception set Different
Ketidakberhasilan komunikasi bias terjadi karena perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor seperti pengalaman, tingkatpendidikan, dan nilai/norma.
f. Noise
Noise adalah gangguan yang terjadi pada saat ditransmisikan pesan dari komunikator kepada komunikan.
     D. TAHAPAN – TAHAPAN PROGRAM KIE
Komunikasi gizi adalah factor penting dalam rangka perbaikan status gizi suatu masyarakat. Banyak program KIE yang telah dilaksanakan oleh pemerintah yang tujuannya adalah peningkatan status gizi. Untuk mencapai keberhasilan program KIE diperlukan tahapan – tahapan KIE yaitu perencanaan dan pemilihan strategi.
Perencanaan
Perencanaan merupakan fondasi bagi seluruh proses KIE. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan kegagalan pada seluruh program KIE. Pada tahap perencanaan terdapat empat fase sebagai berikut:
1.  Konseptualisasi
               Pada tahap ini yang dilakukan adalah mendefinisikan masalah-masalah gizi, menentukan penyebab (the cause ) masalah-masalah tersebut, membangun the educational framework.
               Tujuan akhir dari KIE adalah perubahan kebiasan perilaku yang tidak mendukung terhadap peningkatan status gizi. Oleh karena itu, dalam perencanaan KIE perlu di ketahui kebiasaan-kebiasaan di masyarakat yang buruk tersebut. Untuk mengetahuinya terdapat beberapa cara berikut:
a)      Literature Review
Data di dapatkan dari perpustakaan atau institusi baik pemerintah maupun swasta berupa jurnal,hasil penelitian. Dibutuhkan waktu pengumpulan beberapa hari atau minggu tergantung dari subyek, biaya tidak mahal. Keterbatasanya adalah data tidak tersedia dan tidak dapat menentukan reliabilitas dan validitas data.
b)      Interview In Central Location
Data di kumpulkan dari sejumlah orang di tempat yangramai dengan menggunakan kuisoner yang telah di ujicoba.
c)      Indepth Interview ( Wawancara Mendalam)
Data dikumpulkan dari bebrapa orang dengan interview yang mendalam dengan pedoman wawancara.
d)      Focus group discussion (Diskusi Kelompok)
                     Data diperoleh berdasarkan diskusi dari 8 sampai 12 orang .
e)      Observasi
Data diperoleh dari observasi.

f)       Survei KAP (Knowledge,Attitude,Practice)
Data dikumpulkan dengan melakukan survey menggunakan kuisoner dan sampel yang representative dari populasi.
2. Formulasi
Pada fase formulasi dilakukan penyusunan obyektif/tujuan, mendesain pesan, pemilihan media, atau multimedia.
a.       Formulasi Penetapan Tujuan
Target ppopulasi suatu intervensi pendidikan terdiri dari beberapa kelompok. Untuk melakukan pendekatan pada setiap kelompok, dibutuhkan identifikasi setiap kelompok untuk membedakan satu sama lain.
Di tingkat mana tujuan akan di buat?
·         Nutricional Objectives berbeda dalam masyarakat.
Tujuan utama program intervensi gizi adalah perbaikan nutrisi kelompok sasaran yang di ukur melalui indicator-indikator diet makanan, biokimia, antropometri, dan biofisik. Seluruh indicator ini menunjukkan status gizi yang  berbeda dalam masyarakat
·         Educational Objectives
Tujuan khusus program pendidikan gizi adalahuntuk memperoleh perubahan perilaku yang mempengaruhi status gizi.
·         Communication Objectives
Agar program komunikasi berjalan efektif dan dapat mengubah perilaku , target sasaran harus di fokuskan pada isi pesan (terpapar dengan isi pesan) sehingga dapat mengingat pesan.
b.    mendesain pesan/ membuat pesan
·         Bagaimana menjamin bahwa  isi pesan itu logis dengan tujuan
·         Pesan harus sesuai dengan tujuan
·         Pesan harus logis dengan jenis intervensi
·         Bagaimana merancang pesan yang bersifat persuasive
·         Bagaimana memaksimalkan kemampuan untuk menghasilkan pesan yang efektif
c.   pemilihan media atau multimedia.
1)      Komunikasi tatap muka (Dua arah)
·         Komunikasi Interpersonal (bicara Langsung)
Komunikasi interpersonal adalah pembicaraan langsung bersifat dua arah yang dilakukan oleh dua orang pada saat yang sama.
·         Komunikasi Kelompok (Diskusi)
Komunikasi ini dilakukan pada pendidikan gizi dalam waktu lama melalaui kegiatan diskusi. Jenis komunikasi inilebih baik karena merupakan hasil pengalaman lapangan dan penelitian ilmiah.
2)      Mass Media
Melalui mass media, tidak pernah terjadi kontak langsung antara penerima dan transmitter karena diperantarai oleh gambaran visual, cetak, atau kombinasi elemen-elemen ini.
Bagaimana memilih media dan bahan-bahan pendukung.
Proses itu menggunakan  beberapa criteria sebagai berikut:
a)      Biaya.
b)      Aksesbilitas/jangkauan.
c)      Mudah di pakai oleh target sasaran.
d)      Kredibilitas / dapat dipercaya.
e)      Parsitipasi masyarakat.
f)       Penyebarluasan pesan dengan waktu (bersifat lama/panjang).
g)      Berhubungan dengan tujuan intervensi.
Pada dasarnya kesuksesan program edukasi masyarakat banyak ditentukan oleh penggunaan kombinasi multimedia. Kombinasi media terdiri dari gabungan komunikasi interpersonal dengan media massa.
3.   Implementasi
a.       Produksi Bahan Materi Komunikasi
Pengembangan materi komunikasi membutuhkan tim dari berbagai disiplin ilmu, seperti ahli gizi yang bertanggung jawab atas isi pesan, ahli kreatif untuk merancang formulasi pesan, teknisi yang bertanggung jawab merancang bahan audiovisual, dan tim perencana yang memiliki wewenang untuk menerima atau menolak bahan materi melalui pre-test
b.      Pre-test Materi
Prosedur pre-test materi dan pesan adalah sama., dimana uji coba bahan materi dilakukan sebelum di produksi dalam jumlah besar untuk digunakan.
4.      Evaluasi Program Intervensi
Evaluasi sebuah intervensi dilakukan dari dua perspektif,yaitu:
a.       Untuk melihat jika tujuan telah tercapai
b.      Untuk menentukan jika prosedur telah dilakukan telah sesuai dengan harapan.
 
       E. KESIMPULAN
1.   Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam pembuatan program KIE, yaitu :Perencanaan (Konseptualisasi dan formulasi penetapan tujuan, mendesai pesan,pemilihan media),Implementasi 9Pre-test dan penyebarluasan pesan dengan media), Evaluasi program.
2.  Strategi komunikasi efektif ditujukan pada seluruh kelompok sasaran yaitu kelompok primer,kelompok sekunder, dan kelompok tersier. Pendekatan yang digunakan bervariasi pada setiap kelompok tergantung pada tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, pengetahuan dan sebagainya.
3.  Tujuan (objective) komunikasi atau intervensi gizi dibuat berdasarkan di tingkat mana tujuan akan di buat.
4. Pembuatan pesan harus bersifat logis terhadap tujuan dan jenis intervensi, dan menggunakan bahasa yang bersifat persuasive.selanjutnya isi pesan akan di uji cobakan melalui pendekatan kualitatif:FGD dan wawancara mendalam.
5. Evaluasi intervensi dilakukan untuk melihat jika tujuan telah tercapai dan untuk menentukan jika prosedur yang dilakukan telah sesuai dengan harapan.evaluasi dilakukan pada saat intervensi sedang berjalan atau setelah intervensi selesai di lakukan.