Sabtu, 28 Maret 2015

Scaling Up Nutrition

Ada Apa Dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan Sang Anak?


Seribu hari pertama kehidupan telah disepakati oleh para ahli di seluruh dunia sebagai saat yang terpenting dalam hidup seseorang. Sejak saat konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur), perkembangan janin di dalam kandungan, hingga ulang tahun yang kedua menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang. Memaksa anak dan remaja untuk mengonsumsi makanan sehat menjadi kurang bermakna dibanding apa yang ibu makan saat hamil. Makanan selama kehamilan dapatmempengaruhi fungsi memori, konsentrasi, pengambilan keputusan, intelektual, mood, dan emosi seorang anak di kemudian hari.
Para ahli menemukan bahwa setidaknya 50 zat yang mempengaruhi fungsi otak dipengaruhi oleh asupan makanan dan nutrisi mikro selama 1000 hari pertama kehidupan. Kegagalan asupan nutrisi penting selama periode emas ini menimbulkan efek jangka panjang dan tidak dapat diubah. Pemenuhan gizi yang optimal selama periode ini ,selain memberi kesempatan bagi anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif, juga berisiko lebih rendah dari menderita penyakit degenerative seperti jantung, kencing manis, stroke, dan obesitas.
Pertumbuhan anak pada periode emas berlangsung secara cepat, yaitu selama tahun pertama dan kedua usia anak. Namun, dalam kasus-kasus kekurangan gizi, justru fakta menunjukkan bahwa penurunan status gizi terjadi pada periode ini. Oleh karena itu asupan makanan selama kehamilan sangatlah perlu untuk diperhatikan. Departemen kesehatan RI juga menyerukan hal yang sama, selain untuk mendapatkan generasi penerus yang lebih berkualitas, juga untuk memutus rantai kemiskinan. Dengan meningkatkan kuliatas kesehatan ibu hamil dan anak sejak dalam kandungan akan didapatkan generasi penerus yang lebih produktif sehingga dapat memajukan kualitas generasi muda. Sembilan pesan inti 1000 hari pertama kehidupan yaitu: Selama hamil, makan makanan beraneka ragam Memeriksa kehamilan 4 x selama kehamilan Minum tablet tambah darah Bayi yang baru lahir Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan Timbang BB bayi secara rutin setiap bulan Berikan imunisasi dasar wajib bagi bayi Lanjutkan pemberian ASI hingga berusia 2 tahun Berikan MP ASI secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap memberikan ASI
Periode 1.000 hari pertama kehidupan adalah masa yang paling krusial bagi anak. Terhitung sejak 270 hari selama dalam kandungan ibu, hingga 730 hari setelah anak lahir. Periode tersebut amat penting karena pada masa ini otak mengalami tumbuh kembang dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal, semua kebutuhan dasarnya harus dipenuhi. Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang, stimulasi, imunisasi, serta kebersihan.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam periode 1.000 hari pertama kehidupan akan menimbulkan dampak bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental, kecerdasan, dan perilaku anak.
"Itulah sebabnya periode ini oleh para ahli kesehatan disebut sebagai window of opportunity dan diformulasikan sebagai konsep 1.000 hari pertama oleh Kementrian Kesehatan RI," ujar Dr. dr Hartono Gunardi SpA(K), dokter spesialis anak tumbuh kembang FKUI, dalam acara diskusi "News Perspective on Toddler Nutrition" di Departemen Ilmu Kedokteran-Komunitas FKUI, Jakarta, pada Selasa (25/2).
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak pada 1.000 hari pertamanya, ibu perlu memperhatikan asupan makanannya. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi anak 0-6 bulan.
"ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan anak seperti energi, protein, lemak, vitamin dan mineral serta komponen probiotik untuk kesehatan saluran cerna. Saat menginjak umur genap enam bulan, anak dapat diperkenalkan makanan pendamping ASI, dan sejak berumur genap satu tahun, anak dapat diberikan makanan padat dan susu pertumbuhan," ujar Dr. dr. Hartono Gunardi SpA(K).
Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2010 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, penyakit yang sering dialami balita adalah radang paru dan diare. Kedua penyakit tersebut berhubungan dengan kekebalan tubuh anak (imunitas).
Dokter Saptawati Bardosono, M.Sc, pakar gizi medik dari FKUI menjelaskan, imunitas adalah benteng pertahanan manusia dari serangan bakteri atau virus yang dapat menyebabkan penyakit. Dan, organ yang memiliki fungsi imunitas terbesar dalam tubuh adalah saluran cerna. "Jadi, jika saluran cerna anak sehat, sistem imun anak pun akan optimal. Dengan demikian, anak tidak akan mudah sakit dan tumbuh kembangnya menjadi optimal," ujarnya.
Menurut Dr. dr Saptawati Badrasono, saat ini para ibu sudah banyak yang paham dan teliti dalam memilih bahan makanan, termasuk susu pertumbuhan untuk anak. Para ibu sudah biasa membaca label komposisi dan nilai gizi pada kemasan. "Namun, para ibu jangan hanya terfokus pada kandungan AA (arachidonic acid), DHA (docosahexaenoic acid), dan minyak ikan saja mereka percaya dapat membantu perkembangan otak anak. Jangan lupa, mencari kandungan prebiotik (semisal FOS) dan probiotik (semisal Lactobacillus paracasei ataupun Bifidobacterium Longum," ujarnya.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang mencukupi dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia. Keberadaan probiotik, atau bakteri baik, yang hidup dalam saluran cerna memberikan keuntungan bagi kesehatan anak. Probiotik bertugas sebagai pengisi barisan terdepan sistem pertahanan saluran cerna. Selain pada ASI, sumber probiotik dapat ditemukan pada dairy product, seperti yoghurt, keju dan susu pertumbuhan.
Gizi yang baik selama periode 1000 hari pertama, yaitu periode antara ibu mulai hamil sampai dengan kelahiran bayinya, merupakan fase kritis bagi kesehatan, kebaikan dan kesuksesan anak di masa yang akan datang. Gizi yang tepat selama periode ini dapat berdampak pada kemampuan anak untuk tumbuh, belajar dan keluar dari kemiskinan. Hal tersebut juga bermanfaat untuk masyarakat, anak yang tercukupi kebutuhan gizinya memiliki produktivitas kerja yang baik dan nantinya diharapkan mampu memberi perbaikan prospek ekonomi bagi keluarga  (Save the Children, 2012).

Mengapa 1000 Hari?
Awal kehamilan merupakan titik nol perhatian terhadap anak, terutama dalam menjaga keterjaminan asupan gizi yang baik secara optimal, hingga setidaknya 1000 hari berikutnya. Pada dasarnya, di 1000 hari awal kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat. Saat masih dalam kandungan misalnya, janin bertumbuh dengan cepat hingga menjelang dilahirkan. Pada masa itu, dasar-dasar perkembangannya pun sudah terbentuk. Cetak biru otaknya misalnya, sudah terbentuk pada 3 bulan pertama usia kehamilan.
Kehamilan dan masa bayi merupakan periode yang penting untuk perkembangan otak. Ibu dan bayi membutuhkan gizi yang baik untuk membangun dasar atau fondasi dari kemampuan kognitif, motorik, dan sosial anak, kesuksesan di sekolah dan produktivitas kerja pada masa depan. Anak-anak dengan perkembangan otak yang tidak sempurna pada awal kehidupan berisiko menderita gangguan neurologis, pencapaian prestasi yang rendah di sekolah, ketrampilan yang rendah, dan pola asuh yang salah pada anak mereka, yang selanjutnya akan berkontribusi pada kualitas generasi yang rendah di masa yang akan datang (Save the Children, 2012).
Hasil penelitian Shrimpton, et al. (2001) yang berjudul “Worldwide Timing of Growth Faltering: Implications for Nutritional Interventions” menunjukkan bahwa status gizi seorang anak berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) cenderung menurun pada saat ia memasuki usia 3 bulan. Penurunan status gizi yang sangat tajam terjadi hingga ia berusia 12 bulan dan mulai melambat pada usia 18-19 bulan. Hanya saja, kekurangan gizi ini masih akan terus berlanjut hingga anak usia 5 tahun. Sementara, kalau dilihat berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), penurunan status gizi dimulai sekitar usia 3 bulan hingga 15 bulan. Karenanya, jika intervensi peningkatan asupan gizi dilakukan setelah anak berusia 2 tahun, maka intervensi tersebut sangat tidak efektif. Mengapa? Karena kondisi anak sebenarnya mulai memburuk jauh sebelum anak berusia 2 tahun dan itu proses yang tidak dapat diulang (irreversible).
Namun, tidak berarti anak usia 2 tahun ke atas tidak membutuhkan perhatian lagi, melainkan skala prioritasnya telah terlewati. Sekali periode ini terlewati, maka tak dapat diulangi lagi. Para ahli menyatakan periode usia anak di bawah 2 tahun dikenal sebagai “periode emas” atau “Window of Opportunity”. Dengan begitu, kalau ingin medapatkan generasi yang sehat dan kuat, maka skala prioritas 1000 hari pertumbuhan dimulai saat anak masih dalam kandungan hingga usia 2 tahun.
Selain itu, menurut Victora et al. (2010) menyatakan perbandingan pola pertumbuhan anak pada 54 negara dengan menggunakan WHO standar menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan pada masa awal pertumbuhan anak-anak lebih parah daripada yang disarankan oleh an       alisis sebelumnya berdasarkan referensi NCHS (National Center for Health Statistic). Penemuan ini menegaskan bahwa kebutuhan untuk nutrisi tumbuh kejar selama periode window of opportunity didefinisikan dengan masa kehamilan dan 2 tahun pertama kehidupan, termasuk pencegahan bayi berat badan lahir rendah dan praktek pemberian makan yang sesuai untuk bayi.
Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Anak yang kurang gizi akan tumbuh lebih pendek (berat lahir rendah) dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif (perkembangan kecerdasan anak sejalan dengan perkembangan usianya), dan kemungkinan keberhasilan pendidikan, serta menurunkan produktivitas pada usia dewasa. Selain itu, gizi kurang/buruk merupakan penyebab dasar kematian bayi dan anak.
Karenanya, yang harus disadari secara sungguh-sungguh adalah jika terjadi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) pada periode emas ini, hal itu tidak saja berdampak terhadap pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan kognitif dan kecerdasan lainnya. Meski gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki di kemudian hari dengan peningkapan asupan gizi yang baik misalnya, namun tidak dengan perkembangan kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan anak. Sayangnya, periode emas inilah yang seringkali kurang menjadi perhatian keluarga, baik karena kurangnya pengetahuan maupun luputnya skala prioritas yang harus dipenuhi.
Menurut Santi Nirwana (2012), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh orangtua dalam memenuhi gizi bayi selama 1000 hari kehidupan bayinya, yaitu :
1. Periode dalam kandungan (280 hari)
  • Pastikan bahwa ibu yang mengandung memiliki status gizi yang baik, tidak mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) dan Anemia
  • Selama ibu hamil wajib mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan, makanan dengan porsi kecil namun sering dapat dianjurkan dengan memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan
  • Suplement tambah besi (Fe), asam folat dan vitamin C dibutuhkan untuk mencegah terjadinya anemia.
  • Ibu harus memeriksakan kehamilannya secara rutin
  • Memasuki usia kehamilan trimester 3 ibu dan suami mempersiapkan informasi mengenai menyusui, agar saat melahirkan nantinya akan memberikan IMD dan ASI Eksklusif untuk bayinya kelak.
 2. Periode 0 – 6 bulan (180 hari)
  • Semua anak yang lahir harus mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
  • Mendapatkan ASI Eksklusif
  • Penanggulangan masalah-masalah yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
  • Pemberian dukungan kepada Ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
  • Memantau pertumbuhan bayi secara teratur.
 3. Periode 6- 24 bulan (540hari)
  • Ibu mengetahui jenis dan bentuk makanan serta frekuensi pemberian makanan yang tepat untuk bayi.
  • Ibu mengetahui tentang masa transisi pemberian makanan pada bayi. Makanan lumat atau cair pada usia 6-8 bulan, lembek lunak/semi pada pada usia 8-12 bulan, dan makanan padat pada usia 12-24 bulan
  • Memberikan dorongan dan dukungan pada ibu untuk tetap memberikan ASI
  • Mengajarkan dan memberikan informasi kepada ibu mengenai pemilihan bahan makanan yang bergizi dan murah untuk makanan tambahan bagi bayi.
  • Memantau pertumbuhan bayi secara teratur.
 Ricardo Uauy et al. (2008) menyatakan bahwa negara-negara yang sedang dalam fase transisi bidang gizi mengalami peningkatan dalam kejadian obesitas dan penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi secara progresif. Pada negara-negara transisi tersebut, stunting (pendek menurut umur) dan defisiensi mikronutrient (zat besi, vitamin A, dan zinc) pada anak-anak terjadi bersama-sama dengan kejadian obesitas dan penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi yang disebut beban ganda (double burden) masalah gizi. Penyebab dari semua masalah gizi tersebut sangat beragam, namun salah satu penyebab utamanya adalah perubahan pada diet atau pola makan dan aktifitas fisik dari populasi. Namun demikian, bukti terbaru menyarankan bahwa pola spesifik dari pertumbuhan prenatal dan postnatal bayi merupakan kontributor yang potensial. Bukti mengindikasikan bahwa strategi intervensi untuk mencegah malnutrisi seharusnya dimulai dengan memperbaiki pertumbuhan linier pada 2-3 tahun pertama kehidupan dibandingkan dengan tujuan pertambahan berat badan. Pencegahan peningkatan berat badan yang berlebih menurut tinggi badan relevan untuk digunakan setelah periode 2 tahun pertama kehidupan (Ricardo Uauy et al., 2008).
Strategi intervensi yang dapat dilakukan masing-masing negara untuk menanggulangi masalah malnutrisi adalah (1) meningkatkan akses terhadap makanan bergizi, air bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan, dan perlindungan sosial; (2) pertumbuhan anak-anak yang optimal, yang dibuktikan dengan adanya penurunan prevalensi stunting dan wasting; (3) memperbaiki status mikronutrien, khususnya pada wanita dan anak-anak, dibuktikan dengan adanya penurunan prevalensi defisiensi mikronutrien; (4) peningkatan gerakan yang berkontribusi pada praktek gizi yang baik, misalnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan (Scaling up nutrition, 2012).
Berdasarkan publikasi Unicef tahun 2012 yang berjudul “Improving Food Security in Asia” juga menyatakan bahwa intervensi langsung yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi malnutrisi dan telah dibuktikan oleh World Bank dan gerakan Scaling Up Nutrition, diantaranya adalah :
1.  Mempromosikan praktek-praktek gizi yang baik
  • Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
  • Pemberian MPASI yang tepat untuk anak usia 6-23 bulan
  • Peningkatan praktek hygiene yang baik, termasuk mencuci tangan
 2.  Meningkatkan intake vitamin dan mineral
  • Pemberian serbuk multi-mikronutrien untuk anak usia 6-23 bulan
  • Suplementasi zat besi-asam folat atau multi-mikronutrien untuk wanita hamil dan menyusui
  • Fortifikasi zat besi pada makanan pokok
  • Suplementasi zinc sebagai terapi untuk manajemen pasien diare
  • Suplementasi vitamin A secara periodic
  • Iodisasi garam dapur
 3.  Pemberian Makan untuk anak malnutrisi menggunakan makanan khusus
  • Pencegahan atau penanganan malnutrisi moderate (sedang)
  • Penanganan dari severe acute malnutrition dengan makanan terapeutik siap santap (RUTF).
 4.  Hubungan gizi dengan agrikultur, penurunan kemiskinan, serta air dan sanitasi
  • Mendorong produksi makanan dan produk hewani yang kaya gizi dalam rumah (memasak sendiri)
  • Akses yang lebih baik untuk air bersih dan perbaikan fasilitas sanitasi
Pemenuhan gizi yang optimal selama masa 1000 hari pertumbuhan, selain memberi kesempatan bagi anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat, lebih produktif, dan berisiko lebih rendah dari menderita penyakit degeneratif di usia dewasa, juga berperan positif dalam memutus rantai kemiskinan. Hal ini dimungkinkan dengan dilakukannya upaya intervensi perbaikan gizi ibu hamil, bayi, dan balita, sehingga melahirkan anak yang sehat. Pertumbuhan bayi yang sehat akan menjadikannya anak yang sehat dan produktif, dan terus berkembang menjadi orang dewasa yang mampu membangun keluarga yang juga sehat dan produktif. Jika ini terjadi, rantai kemiskinan berhasil diputus, dan harapan akan terciptanya keluarga yang sehat akan tumbuh.


DAFTAR PUSTAKA

Ricardo Uauy, et al. 2008. Nutrition, child growth, and chronic disease prevention. 2008, Vol. 40, No.1, Pages 11-20 (doi:10.1080/07853890701704683)
Scaling Up Nutrition. 2012. Scaling Up Nutrition (SUN) Movement Strategy (2012)
Santi nirwana. 2012. Gerakan Gizi 1000 Hari Menuju Indonesia Prima Mencerminkan Betapa Spesialnya Seorang Bunda.
Save the children. 2012. Nutrition in the first 1000 days – state of the world’s mother 2012.
Unicef. 2012. Improving Nutrition Security in Asia : An EU-UNICEF Joint Action.             http://www.unicef.org/eapro/Nutrition_Security_in_Asia_brochure.pdf
Victora, Cesar Gomes, et al. 2010. Worldwide Timing of Growth Faltering: Revisiting Implications for Interventions. http://www.pediatricsdigest.mobi/content/125/3/e473.full.pdf+html



3 komentar:

  1. Tithron is a Triathlete with a Titanium Astroneer - TIT
    Tithron is a Triathlete with a Titanium Astroneer Tithron is a triathlete with a titanium core titanium core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core buy metal online core core core core core core core babyliss pro titanium straightener core core core core core core core core core core core core 2018 ford ecosport titanium core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core core remmington titanium core core core core core core core core core core core core core core core core core core core titanium bolt core core core core core core core core core core core core core core core core core core core

    BalasHapus