BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam melakukan penelitian ada dua metode
penelitian yang di pakai. Yang pertama adalah penelitian kualitatif, dan yang
kedua adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini memiliki perbedaan
yang sangat signifikan, dimulai dengan perbedaan pada segi konsep. Pada metode
kualitatif lebih menitik beratkan pada makna, penalaran definisi suatu situasi
tertentu.
Sedangkan pada metode kuantitatif
mementingkan adanya variabel sebagai objek penelitian selanjutnya perbedaan
pada segi tujuan. Pada kualitatif tujuan utama penelitian ialah mengembangkan
pengertian konsep- konsep yang akhirnya
menjadi teori. Sementara pada kuantitatif
bertujuan untuk menguji teori membangun fakta menunjukkan hubungan antar
variabel.
Penelitian kualitatif lebih menitik beratkan
penelitiannya dengan menggali informasi dari responden. Dimana yang berperan
aktif dalam metode ini adalah fasilitator. Fasilitator lebih berperan dalam
menggali informasi dari responden. Fasilitator juga harus lebih mampu
mengendalikan jalannya proses diskusi. Pengumpulan data dianggap selesai jika
fasilitator telah sampai ke pertannyaan yang tidak ada lagi jawabannya dari
responden.
Metode penelitian kualitatif merupakan
sejenis penelitian formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk
memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan
seseorang. Penelitian ini memungkinkan kita mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight) mengenai sikap, kepercayaan,
motivasi dan perilaku target populasi (Kresno dkk, 2007).
Pengumpulan data penelitian kualitatif dengan
menggunakan teknik Fokus Group Diskusi. Fokus Group Diskusi (FGD) akan
memberikan data yang mendalam mengenai persepsi dan pandangan peserta. Oleh
karena itu, dalam FGD digunakan pertanyaan yang terbuka, yang memungkinkan
peserta untuk memberikan jawabannya yang disertai dengan penjelasan-penjelasan
(Kresno dkk, 2007).
Fokus Group Diskusi merupakan salah satu
topik yang sangat sering digunakan dalam teknik mengumpulan data kualitatif, dimana
sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau
fasilitator mengenai suatu topik (Kresno dkk, 2007).
Fokus Group Diskusi membutuhkan topik khusus,
pada penelitian kali ini kami menguraikan tentang penyakit malaria. Dimana malaria
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi parasit tersebut. Didalam tubuh manusia, parasit plasmodium akan berkembangbiak di organ
hati kemudian menginfeksi sel darah merah yang akhirnya menyebabkan penderita
mengalami gejala-gejala malaria, seperti gejala pada penderita influenza, bila
tidak terobati maka akan semakin parah dan dapat terjadi komplikasi yang
berujung pada kematian (WHO, 2011).
Dari latar belakang diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Fokus Group Diskusi merupakan teknik pengumpulan data dalam
metode penelitian kualitatif sehingga mendapatkan informasi dari mahasiswa mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap penyakit malaria.
1.2.
Tujuan
Penelitian
1.2.1.
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang
penelitian kualitatif secara umum.
1.2.2.
Tujuan Khusus
1.
Agar mahasiswa memahami definisi dan fungsi metode penelitian kualitatif
2.
Agar mahasiswa memahami jenis-jenis metode penelitian kualitatif
3.
Perbedaan metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif
4.
Memahami definisi Fokus Group Diskusi (FGD)
5.
Memahami teknik pelaksanaan Fokus Group Diskusi (FGD)
6.
Memiliki keterampilan untuk melaksanakan Fokus Group Diskusi (FGD)
7.
Mampu mencatat hasil wawancara Fokus Group Diskusi (FGD)
8.
Mampu menyusun laporan wawancara dalam bentuk makalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sejenis
penelitian formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk memperoleh
jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Sifat
kualitatif tersebut tidak hanya berlaku pada teknik untuk mendapatkan jawaban
saja tapi juga teknik analisanya (Kresno, dkk, 2007).
Menurut Mutiara (2006) penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan menggunakan alat indera tanpa mengacu pada
satuan pengukuran baku. Data yang didapat dari penelitian kualitatif berupa
deskripsi mengenai suatu keadaan atau kejadian, sedangkan menurut Strauss dan
Corbin (1990), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang membuahkan
berbagai penemuan yang tak dapat dicapai dan diperoleh dengan menggunakan data
statistik seperti layaknya apa yang digunakan didalam penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kualitatif diartikan
sebagai sebuah metode penelitian yang menggunakan data yang menggambarkan
sesuatu dari ucapan dan tulisan serta sikap dan prilaku dari beberapa orang
yang dijadikan sebagai objek penelitian tersebut (Budiardjo, dkk 1994). Menurut Moleong (2001), metode penelitian kualitatif lebih ditunjukkan untuk masalah yang
belum jelas, pada populasi yang sedikit dan cakupan wilayah terbatas, metode
kualitatif lebih cocok untuk menemukan teori hipotesis melalui non parametrik.
Creswell, J.W (1994), mengemukakan penelitian kualitatif merupakan suatu
proses penelitian untuk memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan
menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata,
melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta
dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah.
Penelitian kualitatif merupakan suatu komitmen terhadap pandangan naturalistik-pendekatan
interpretatif terhadap pokok persoalan studi dan suatu kritik yang berkelanjutan
terhadap politik dan metode positivisme. Penelitian
kualitatif menekankan realitas yang dibentuk secara sosial, hubungan yang erat
antara peneliti dan yang diteliti dan ciri
penelitian yang sarat nilai (Denzin &
Lincoln, 1998).
Selanjutnya, Denzin & Lincoln
menjelaskan penelitian kualitatif lebih
ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa
khusus, ketimbang mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari
sebuah populasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan penjelasan
tersurat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang terdapat dalam
suatu kelompok partisipan. Penelitian kualitatif juga disebut etno-metodologi
atau penelitian lapangan. Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok
manusia dalam latar/setting sosial.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang
juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di
tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003) sedangkan menurut Nana Syaodih (2001) penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial (a shared social eperience) yang diinterpretasikan oleh
individu-individu.
Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009), metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan
snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis
data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan pada makna daripada generalisasi.
Dalam penelitian kualitatif yang digunakan
didalam metode penelitian adalah apa yang ada didalam masyarakat, searah
tingkah laku, aktifitas sosial dan juga beberapa hal di dalam masyarakat yang
lain. Terkadang apa yang terjadi tersebut dianggap sebagai sebuah hal yang
sulit untuk dimengerti sehingga membutuhkan data penjelas untuk lebih memahami
hal tersebut. Penelitian kualitatif dianggap sebagai sebuah tradisi tertentu
dalam sebuah ilmu pengetahuan yang meneliti mengenai sosial masyarakat (Miles dan Huberman, 1992).
Dari beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan
bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian
kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana
subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna
tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (setting)
yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment)
atau manipulasi variabel yang dilibatkan.
2.2
Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
tiga perspektif, yaitu perspektif paradigma penelitian, aplikasi penelitian dan
tujuan penelitian. Perspektif paradigma penelitian sendiri dibedakan menjadi dua kelompok besar,
yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif meliputi 5 jenis
yaitu:
1.
Penelitian Fenomenologi
Penelitian fenomenologi atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan
dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Pendekatan fenomenologi
menunda semua penelitian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar
tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche
(jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek)
dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun
dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh responden (Creswell, 1994).
2.
Penelitian Grounded Theory
Walaupun suatu study pendekatan arti dari
suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory
adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan
situasi tertentu. Situasi diman individu saling berhubungan, bertindak, atau
terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari
pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan
erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
3.
Penelitian Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya
atau sistem kelompok social. Etnografi juga merupakan studi yang sangat
mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau
sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi
pandang pelakunya. Peneliti meneliti ciri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga
memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok
budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak
seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis
setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi
dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data
dikumpulkan (Anonim, 2013).
4.
Penelitian Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan
pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan
arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point
moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau
mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek
tersebut memposisikan dirinya sendiri (Pinkqu, 2013).
5.
Penelitian Kasus
Penelitian studi kasus adalah
studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber
informasi.Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat dan
kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Creswell, 1994).
Penelitian jenis kualitatif biasanya
merupakan perkembangan dari penelitian jenis kuantitatif. Penelitian yang telah
dilakukan dengan kuantitatif jika dirasakan hasilnya kurang memuaskan dan
memerlukan kajian yang mendalam, dapat dilanjutkan dengan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian jenis ini akan menjawab secara detail karena bersifat
deskriptif dan menjelaskan gejala-gejala yang diamati secara mendalam (Wasis,
2008).
2.3
Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan
Metode Penelitian Kualititatif
Suparlan (1997) menjelaskan perbedaan penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif sebagai berikut:
1.
Penelitian
Kuantitatif
Landasan
berpikir pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali
diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Pandangan
filsafat positivisme adalah bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam
gejala-gejala sosial yang disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial
tersebut harus dipelajari secara objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai
“benda”. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisis yang dapat
dipertanggungjawabkan kesahihannya demi tercapainya ketepatan data dan
ketepatan penggunaan model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung
(Suparlan, 1997).
Pada buku
yang lain Suparlan menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif memusatkan
perhatiannya pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
kehidupan manusia, yang dinamakan variabel. Statistik
dalam penelitian kuantitatif berguna untuk menggolong-golongkan dan
menyederhanakan variasi dan hierarki yang ada dengan ketepatan yang dapat
diukur, termasuk juga dalam penganalisaan dari data yang telah dikumpulkan
(Suparlan, 1994).
2.
Penelitian
Kualitatif
Landasan berpikir dalam penelitian
kualitatif adalah pemikiran Max Weber (1997) yang menyatakan bahwa pokok
penelitian sosiologi bukan gejala-gejala sosial, tetapi pada makna-makna yang
terdapat di balik tindakan-tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala-gejala
sosial tersebut. Agar dapat memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial,
maka seorang peneliti harus dapat berperan sebagai pelaku yang ditelitinya, dan
harus dapat memahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat
pemahaman yang sempurna mengenai makna-makna yang terwujud dalam gejala-gejala
sosial yang diamatinya (Suparlan, 1997).
Pada buku yang lain, Suparlan
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip
umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia. Penelitian kualitatif sasaran kajiannya adalah pola-pola yang
berlaku yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum dan mendasar berlaku
dan menyolok berdasarkan atas kehidupan manusia, (Suparlan, 1994).
Perbedaan penelitian kuantitatif
dengan penelitian kualitatif akan dikemukakan pandangan Cresswell (1994) sebagai berikut:
Model Kuantitatif :
1. Mengukur fakta yang objektif
2. Terfokus pada variabel-variabel
3. Reliabilitas
merupakan kunci
4. Bersifat bebas nilai
5. Tidak tergantung pada konteks
6. Terdiri atas kasus atau subjek yang banyak
7. Menggunakan analisis statistik
8. Peneliti tidak terlibat
Model
Kualitatif :
1. Mengonstruksi realitas sosial, makna budaya
2. Berfokus pada proses interpretasi dan peristiwa-peristiwa
3. Keaslian merupakan kunci
4. Nilai hadir dan nyata / tidak bebas nilai
5. Terikat pada situasi / terikat pada konteks
6. Terdiri atas beberapa kasus atau subjek
7. Bersifat analisis tematik
8. Peneliti terlibat
Perbedaan Kuantitatif dan
Kualitatif Menurut Guba
& Lincoln (1988), Mc Cracken
(1985) dalam Creswell, (1994) :
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
Realitas itu objektif, dan tunggal, terpisah dari peneliti
|
Realitas itu subjektif dan ganda, seperti yang dilihat oleh
peneliti dalam studinya
|
Peneliti tidak tergantung dari yang diteliti
|
Peneliti berinteraksi dengan apa yang diteliti
|
Bebas nilai dan tidak bias
|
Tidak bebas nilai dan bias
|
-
Formal
-
Berdasarkan
pada seperangkat definisi
-
Bahasa yang
tidak personal (impersonal)
-
Menggunakan
kata-kata yang diterima secara kuantitatif
|
-
Informal
-
Terkandung
dalam definisi
-
Bahasa
personal
-
Menggunakan
kata-kata yang diterima oleh kualitatif
|
-
Proses
deduktif
-
Sebab dan
akibat
-
Disain yang
statis, kategori-kategori terisolasi sebelum studi dilakukan
-
Bebas
konteks
-
Generalisasi
digunakan untuk memprediksi, menjelaskan dan memahami
-
Keakuratan
dan keajegan melalui validitas dan reliabilitas
|
-
Proses
induktif
-
Faktor-faktor
dibentuk secara bersama
-
Disain
berkembang, kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian
-
Terikat
pada konteks
-
Pola
(kerangka), teori-teori dikembangkan untuk memahami
-
Keakuratan
dan keajegan melalui verifikasi
|
Untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang Penelitian Kualitatif, berikut perbedaan asumsi-asumsi
Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif menurut Creswell (1994) :
1.
Asumsi-asumsi
Penelitian Kuantitatif
a.
Realitas
bersifat objektif dan tunggal, terpisah dari peneliti.
b.
Peneliti
bebas dari apa yang diteliti.
c.
Bebas nilai
dan tidak bias.
d.
Bahasa
formal, berdasarkan seperangkat definisi, kata-kata yang tidak personal (impersonal),
menggunakan kata-kata kuantitatif yang sudah diterima (disepakati).
e.
Proses
deduktif, mencari sebab dan akibat, desain yang statis dalam arti
kategori-kategori sudah dipisah-pisah sebelum studi diadakan; bebas konteks;
generalisasi membawa pada prediksi, penjelasan dan pemahaman; keakuratan dan
kehandalan melalui validitas dan reliabilitas.
2.
Asumsi-asumsi
Penelitian Kualitatif
a.
Realitas
bersifat subjektif dan ganda seperti dilihat partisipan (subjek yang diteliti)
dalam suatu studi.
b.
Peneliti
berinteraksi dengan apa yang diteliti.
c.
Tidak bebas
nilai dan bias.
d.
Informal,
keputusan-keputusan mengalami perkembangan, menggunakan kata-kata yang
personal, menggunakan kata-kata yang diterima kualitatif.
e.
Faktor-faktor
dibentuk (diidentifikasi) bersamaan secara timbal balik; desain yang dinamis
(berkembang selama studi) dalam arti kategori-kategori diidentifikasi selama
proses penelitian), desain disusun kemudian; terkait konteks; pola-pola,
teori-teori dikembangkan untuk memahami; akurasi dan kehandalan melalui
verifikasi.
2.4
Definisi FGD (Fokus Group Discussion)
Fokus Group Diskusi adalah salah satu teknik dalam
mengumpulkan data kualitatitf, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan
pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik (Kresno,
dkk, 2007) sedangkan menurut Irwanto (2006) Fokus Group Diskusi adalah suatu proses
pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok.
FGD adalah
salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang banyak digunakan, khususnya
oleh pembuat keputusan atau peneliti, karena relatif cepat selesai dan lebih
murah. Teknik FGD mempermudah pengambil keputusan atau peneliti dalam memahami
sikap, keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta
mengenai topik yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan
yang tidak terungkap dibalik respons peserta (Silverman D, 1997).
Fokus Group Diskusi merupakan pengumpulan data dengan FGD
mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian yaitu dengan FGD dapat diperoleh
informasi mendalam yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara atau angket,
sedangkan kerugian yang diderita dengan FGD adalah terbatasnya jumlah
fasilitator yang andal dan kesimpulan yang ditarik bersifat subjektif (Budiarto, 2011).
Focus
group discussion yaitu teknik pengumpulan data yang
didalamnya terdapat moderator yang memimpin interaksi dan diskusi di dalam
teknik yang terstuktur dan tidak terstuktur (Poespordihardjo 2010).
Fokus Group Diskusi merupakan salah satu metode dasar
untuk untuk memberikan kesempatan kepada peserta diskusi untuk memberikan
pandangannya tentang suatu topik. Kegiatan ini memungkinkan setiap peserta
diskusi menyumbangkan perspektif yang berbeda satu sama lain.
FGD adalah diskusi yang direncanakan secara hati-hati
untuk membangun suasana yang memungkinkan peserta diskusi mengemukakan
pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut. FGD di pimpin oleh seorang
moderator yang handal dan didampingi oleh asisten moderator yang bertugas
mencatat isi proses diskusi.
Focus Group, adalah kelompok khusus yang dipandang dari
segi tujuan, ukuran, komposisi dna prosedurnya. Biasanya focus Group terdiri atas 7
sampai 10 orang yang dipilih karena memiliki suatu karakteristik tertentu yang
sama, yang terkait dengan topik yang akan didiskusikan. Jumlah peserta
ditentukan oleh 2 aspek harus cukup kecil sehingga setiap orang berkesempatan
mengemukakan pendapatnya, dan cukup besar untuk bisa meanmpilkan keragaman
persepsi.
2.5
Teknik Pelaksanaan FGD
2.5.1
Persiapan Fokus Group Diskusi
Fasilitator dan pencatat harus datang tepat
waktunya sebelum peserta Fokus Group datang. Mereka sebaiknya bercakap-cakap
secara informal dengan peserta. Ambillah kesempatan ini untuk mengenal nama
peserta dan yang menjadi perhatian mereka.
Fasilitator harus mempersiapkan tempat duduk
peserta sedemikian rupa sehingga para peserta terdorong untuk mau berbicara.
Sebaiknya peserta duduk dalam satu lingkaran bersama-sama fasilitator. Pencatat
biasanya duduk diluar lingkaran tersebut. Fasilitator harus mengusahakan tidak
ada interupsi dari luar pada waktu FGD berjalan. Semua perlengkapan FGD harus
disiapkan, misalnya : kaset, batere, petunjuk diskusi (Kresno, dkk, 2007).
2.5.2
Pembukaan Fokus Group Diskusi
Pada waktu membuka diskusi, fasilitator perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jelaskan tujuan diadakan FGD serta
perkenalkan nama fasilitator serta pencatat dan peranannya masing-masing.
b. Minta peserta memperkenalkan diri dan
fasilitator harus cepat mengingat nama peserta dan menggunakannya pada waktu
berbicara dengan peserta.
c. Jelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak
bertujuan untuk memberikan ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari
peserta. Tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari para peserta.
d. Tekankan bahwa pendapat dari semua peserta
harus sangat penting, sehingga diharapkan semua peserta bebas mengeluarkan
pendapat.
e. Jelaskan bahwa pada waktu fasilitator
mengajukan pertanyaan jangan berebutan menjawabnya pada waktu yang bersamaan.
f.
Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum yang
tidak berkaitan dengan topik diskusi (Kresno, dkk, 2007).
2.5.3
Teknik Pengelolaan Fokus Gruop Diskusi
Beberapa teknik dapat dilakukan pada waktu
melaksanakan FGD, yaitu:
a. Klarifikasi
Sesudah peserta menjawab pertanyaan,
fasilitator dapat mengulangi jawaban peserta dalam bentuk pertanyaan untuk
meminta penjelasan yang lebih lanjut. Misalnya apakah saudara dapat menjelaskan
lebih lanjut tentang hal tersebut.
b. Reorientasi
Agar supaya diskusi hidup dan menarik, teknik
reorientasi harus efektif. Fasilitator dapat menggunakan jawaban seorang
peserta untuk ditanyakan kepada peserta yang lain. Misalnya: ibu Sri, ibu
mengatakan bahwa ibu menyusui bayi ibu sampai 6 bulan. Bagaimana ibu Tati? (yang
selalu diam), sampai berapa bulan ibu menyusui bayi ibu?
c. Ahli atau orang lain yang berpengaruh
Usahakan agar orang yang ahli misalnya bidan,
dokter atau lurah tidak hadir dalam pertemuan FGD ibu-ibu pengunjung Posyandu.
Tetapi apabila tidak dapat dihindari maka mohon kepada mereka untuk diam dan
mendengarkan diskusi apabila ada ide atau saran-saran bisa dikemukakan kepada
fasilitator sesudah diskusi.
d. Peserta yang dominan
Apabila ada peserta yang dominan, maka
fasilitator harus lebih banyak memperhatikan peserta lain agar supaya mereka
lebih berpartisipasi. Dapat juga dilakukan dengan tidak memperhatikan orang
yang dominan tersebut sehingga tidak mendorongnya untuk memberikan jawaban.
Kalau tidak berhasil maka secara sopan fasilitator dapat menyatakan kepadanya
untuk memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk berbicara.
e. Peserta yang diam
Agar supaya peserta yang diam mau
berpartsipasi, maka sebaiknya memberikan perhatian yang banyak kepadanya dengan
selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.
f.
Penggunaan gambar atau foto
Dalam melakukan FGD, fasilitator dapat
menggunakan photo atau gambar, misalnya memperhatikan foto anak yang kurang
gizi dan menanyakan “bagaimana keadaan anak tersebut? Apa yang harus ibu
lakukan?” (Kresno, dkk, 2007).
2.5.4
Penutupan Fokus Gruop
Untuk menyimpulkan pertemuan Fokus Group,
fasilitator sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jelaskan bahwa pertemuan sudah selesai,
tanyakan kepada masing-masing peserta apakah masih ada lagi komentar. Komentar
yang sesuai dapat digali lebih mendalam.
b. Ucapkan terimakasih kepada para peserta atas
partisipasinya dan menyatakan bahwa komentar mereka sangat berguna untuk
penyusunan program atau untuk merancang materi pendidikan dan lain-lain.
Sesudah FGD selesai, fasilitator dan pencatat
harus bertemu untuk melengkapi catatan hasil diskusi (Kresno, dkk, 2007).
Menurut Moleong, (2001) Fokus
Group Diskusi memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan
diskusi di antaranya:
a.
Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b.
Menentukan
jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c.
Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d.
Mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya
ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti
moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
2.
Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan diskusi adalah :
a.
Memeriksa
segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
b.
Memberikan
pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin
dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
c.
Melaksanakan
diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan,
misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
d.
Memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan
dan ide-idenya.
e.
Mengendalikan
pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting,
sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak
fokus.
3.
Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut :
a.
Membuat
pokok - pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
b.
Mereview
jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan selanjutnya.
Berdasarakan Budiardjo, dkk (1994) Membuat langkah
penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini :
1.
Tahap
Persiapan
a.
Merumuskan
tujuan pembelajaran.
b.
Merumuskan
permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c.
Mempertimbangkan
karakteristik anak dengan benar.
d.
Menyiapkan
kerangka diskusi yang meliputi : menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah,
menentukan alokasi waktu, menuliskan garis besar bahan diskusi, menentukan
format susunan tempat dan menentukan aturan main jalannya diskusi.
e.
Menyiapkan
fasilitas diskusi, meliputi : menggandakan bahan diskusi, menentukan dan
mendisain tempat, dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.
Tahap
pelaksanaan
a.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b.
Menyampaikan
pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c.
Menjelaskan
prosedur diskusi.
d.
Mengatur
kelompok-kelompok diskusi
e.
Melaksanakan
diskusi.
3.
Tahap
penutup
a.
Memberi
kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b.
Memberi
kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c.
Memberikan
umpan balik.
d.
Menyimpulkan
hasil diskusi.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN FGD
3.1
Pelaksanaan FGD
3.1.1
Peserta
Peserta yang kami ambil adalah mahasiswi
Fakultas HukumUniversitas Muhammadiyah Aceh. Peserta berjumlah 7 orang dimana
semuanya berjenis kelamin perempuan dan berusia antara 19 sampai 20 tahun dan
sedang duduk di semester 3.
3.1.2
Tempat/Lokasi
Proses Fokus Group Diskusi dilaksanakan di
Mesjid Jakfar Hanafiah pada tanggal 20 Januari 2015 berlangsung pukul 11.00 WIB
sampai 12.00 WIB.
3.2
Pelaksana
Fasilitator I :
Romayana
Fasilitator II :
Ichsan Indika
Notulen I :
Intan Marlia Sari
Notulen II :
Yeni Agustina Ningsih
Notulen III :
Meilinda Sari
Pengamat I :
Novita Sari
Pengamat II :
Nurafni Rahmi
3.3
Hasil Wawancara
1.
Hasil Olahan Pengetahuan Responden
Responden
1
Notulen 1 : “malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh nyamuk anopheles”
Notulen 2 : “malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh penyakit anopheles”
Notulen 3
: “malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penyakit anopheles”
Kesimpulan : responden 1
cuma mengetahui bahwa penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles.
Responden
2
Notulen 1 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan
nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor”
Notulen 2 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan
nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor”
Notulen 3
: “penyakit
malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan
yang kotor”
Kesimpulan : responden 2 hanya mengetahui bahwa penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk
anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor.
Responden
3
Notulen 1 : “penyakit menular
yang disebabkan oleh nyamuk anopheles”
Notulen 2 : “penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles”
Notulen 3 : “penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk
anopheles”
Kesimpulan : responden 3 hanya mengetahui bahwa penyakit malaria yang disebabkan oleh nyamuk
anopheles.
Responden
4
Notulen 1 :
“penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk anopheles, nyamuk yang biasanya ada di lingkungan kotor,
kurang bersih dan ditempat yang banyak genangan air”
Notulen 2
: “penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk anopheles, nyamuk yang biasanya ada di lingkungan kotor,
kurang bersih dan ditempat yang banyak genangan air”
Notulen 3
: “penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk anopheles, nyamuk yang biasanya ada di lingkungan kotor,
kurang bersih dan ditempat yang banyak genangan air”
Kesimpulan : responden 4 , hanya mengetahui malaria itu penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk anopheles yang biasanya ada dilingkungan kotor dan ditempat yang
banyak genangan air.
Responden
5
Notulen 1 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles”
Notulen 2 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles ”
Notulen 3 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles
”
Kesimpulan : responden 5 kurang mengetahui tentang malaria dan hanya menjawab
penyakit malaria itu disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles.
Responden
6
Notulen 1 : “penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang
terinfeksi parasit plasmodium”
Notulen 2
: “penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium”
Notulen 3
: “penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium”
Kesimpulan : responden 6 berpendapat bahwa penyakit malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium.
Responden 7
Notulen 1 :
“penyakit
menular yang diakibatkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak di rawa-rawa
atau genangan air yang kotor”
Notulen 2 :
“penyakit
menular yang diakibatkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak di
rawa-rawa atau genangan air yang kotor”
Notulen 3 :
“penyakit
menular yang diakibatkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak di
rawa-rawa atau genangan air yang kotor”
Kesimpulan : responden 7 berpendapat bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak digenangan air
yang kotor.
2.
Hasil Olahan Sikap Responden
Responden
1
Notulen 1 : “minum obat clorin yang bisa mencegah masuknya
parasit, memakai kelambu, memakai/membakar obat nyamuk, menguras bak mandi 3x
seminggu, membersihkan lingkungan agar tetap terlalu bersih,
perilaku hidup bersih dan sehat”
Notulen 2
: “minum obat
clorin yang bisa mencegah masuknya parasit, memakai kelambu, memakai/membakar
obat nyamuk, menguras bak mandi 3x seminggu, membersihkan
lingkungan agar tetap terlalu bersih, perilaku hidup bersih dan sehat”
Notulen 3
: “minum obat
clorin yang bisa mencegah masuknya parasit, memakai kelambu, memakai/membakar
obat nyamuk, menguras bak mandi 3x seminggu, membersihkan
lingkungan agar tetap terlalu bersih, perilaku hidup bersih dan sehat”
Kesimpulan : responden 1 cara pencegahan malaria adalah minum obat clorin yang
bisa dicegah masuknya parasit, memakai kelambu, mamakai/membakar obat nyamuk,
menguras bak mandi 3 kali seminggu.
Responden
2
Notulen 1 : “berperilaku hidup sehat, membersihkan rumah
setiap minggu, membersihkan kamar kos setiap pagi”
Notulen 2
: “berperilaku
hidup sehat, membersihkan rumah setiap minggu, membersihkan kamar kos setiap
pagi”
Notulen 3
: “berperilaku
hidup sehat, membersihkan rumah setiap minggu, membersihkan kamar kos setiap
pagi”
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 2 adalah berperilaku hidup
sehat, membersihkan rumah setiap minggu, dan membersihkan kamar kost setiap
pagi.
Responden
3
Notulen 1 : “menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah
terkena penyebab-penyebab penyakit malaria tersebut, menjaga kondisi sekeliling
rumah, supaya penyakit itu jauh-jauh”
Notulen 2
: “menjaga
kondisi tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria
tersebut, menjaga kondisi sekeliling rumah, supaya penyakit itu jauh-jauh”
Notulen 3
: “menjaga
kondisi tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria
tersebut, menjaga kondisi sekeliling rumah, supaya penyakit itu jauh-jauh”
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 3 adalah menjaga kondisi
tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria, menjaga
sekeliling rumah.
Responden
4
Notulen 1 : “menjaga lingkungan supaya tidak kotor, tidak
mudah nyamuk untuk berkembang biak”
Notulen 2
: “menjaga
lingkungan supaya tidak kotor, tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak”
Notulen 3
: “menjaga
lingkungan supaya tidak kotor, tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak”
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 4 adalah menjaga
lingkungan supaya tidak kotor dan tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak.
Responden
5
Notulen 1 :
“memakai
kelambu, membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3x”
Notulen 2 :
“memakai
kelambu, membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3x”
Notulen 3 :
“memakai
kelambu, membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3x”
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 5 memakai kelambu,
membakar obat nyamuk dan menguras bak mandi seminggu 3 kali.
Responden
6
Notulen 1 : “menjaga kesehatan diri sendiri, agar tidak
mudah terserang penyakit kemudian lingkungannya dan perkarangan rumah”
Notulen 2
: “menjaga
kesehatan diri sendiri, agar tidak mudah terserang penyakit kemudian
lingkungannya dan perkarangan rumah”
Notulen 3
: “menjaga
kesehatan diri sendiri, agar tidak mudah terserang penyakit kemudian
lingkungannya dan perkarangan rumah”
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 6 menjaga kesehatan diri
sendiri agar tidak mudah terserang penyakit dan menjaga lingkungan perkarangan
rumah.
Responden
7
Notulen 1 : “mendukung untuk membersihkan rumah,
lingkungan sekitar, ikut partisipasi gototng royong di desa demi kenyamanan
bersama”
Notulen 2
: “mendukung
untuk membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gototng royong
di desa demi kenyamanan bersama”
Notulen 3
: “mendukung
untuk membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gototng royong
di desa demi kenyamanan bersama”
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 7 mendukung untuk
membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gotong royong didesa.
3.
Hasil Olahan Perilaku Responden
Responden
1
Notulen 1 : “memasang kawat kasa pada ventilasi, kalau
tidur pakai lotion anti nyamuk, disemprot, “membersihkan lingkungan, menutup
genangan air yang kotor” bagaimana caranya tidak ada nyamuk dirumah ”
Notulen 2
: “memasang
kawat kasa pada ventilasi, kalau tidur pakai lotion anti nyamuk, disemprot, “membersihkan
lingkungan, menutup genangan air yang kotor” bagaimana
caranya tidak ada nyamuk dirumah ”
Notulen 3
: “memasang
kawat kasa pada ventilasi, kalau tidur pakai lotion anti nyamuk, disemprot, “membersihkan
lingkungan, menutup genangan air yang kotor” bagaimana
caranya tidak ada nyamuk dirumah ”
Kesimpulan : hasil jawaban dari responden 1 yang dilakukan saat terkena gejala-gejala penyakit
malaria itu adalah dengan memasang kawat kasa pada ventilasi, memakai lotion
anti nyamuk, disemprot, membersihkan lingkungan, menutup genangan air yang
kotor.
Responden
2
Notulen 1 : “tidur pakek kelambu, pakai lotion anti nyamuk, semprot obat nyamuk”
Notulen 2 : “tidur pakek kelambu, pakai lotion anti nyamuk, semprot
obat nyamuk” Notulen 3
: “tidur pakek
kelambu, pakai lotion anti nyamuk, semprot obat nyamuk” Kesimpulan : yang dilakukan responden 2 saat terkena gejala-gejala penyakit malaria
adalah tidur memakai kelambu, pakai lotion anti nyamuk dan semprot obat nyamuk.
Responden
3
Notulen 1 : “menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga
kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang biak”
Notulen 2
: “menjaga
kesehatan lingkungan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang
biak”
Notulen 3
: “menjaga
kesehatan lingkungan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang
biak”
Kesimpulan : yang dilakukan responden 3 saat terkena gejala-gejala malaria adalah menjaga
kesehatan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang biak.
Responden
4
Notulen 1 : “menguras bak mandi, menutup tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti yang di iklan-iklan,
memakai lotion, kalau tidak ventilasi bisa memakai kelambu”
Notulen 2
: “menguras bak
mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti
yang di iklan-iklan, memakai lotion, kalau tidak ventilasi bisa memakai kelambu”
Notulen 3
: “menguras bak
mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti
yang di iklan-iklan, memakai lotion, kalau tidak ventilasi bisa memakai kelambu”
Kesimpulan : yang dilakukan responden 4 saat
terkena
gejala-gejala malaria adalah menguras bak mandi, menutup tempat
penampungan air, mengubur barang bekas, memakai lotion, dan memakai kelambu.
Responden
5
Notulen 1 : “penyemprotan, pasang kawat kasa di ventilasi
rumah dan menjaga lingkungan yang bersih”
Notulen 2
: “penyemprotan,
pasang kawat kasa di ventilasi rumah dan menjaga lingkungan yang bersih”
Notulen 3
: “penyemprotan,
pasang kawat kasa di ventilasi rumah dan menjaga lingkungan yang bersih”
Kesimpulan : yang dilakukan responden 5 saat terkena gejala-gejala penyakit malaria adalah dengan melakukan penyemprotan, pemasangan kawat kasa pada ventilasidan menjaga
lingkungan yang bersih.
Responden
6
Notulen 1 : “pembersihan lingkungan, kalau sudah jam 6
sore jendela semua ditutup malamnya tidak perlu menyemprot obat nyamuk atau
pasang kelambu”, “membakar tumpukan sampah terus membersihkan
air genangan di got”
Notulen 2
: “pembersihan
lingkungan, kalau sudah jam 6 sore jendela semua ditutup malamnya tidak perlu
menyemprot obat nyamuk atau pasang kelambu”, “membakar tumpukan sampah terus membersihkan air genangan di got”
Notulen 3
: “pembersihan
lingkungan, kalau sudah jam 6 sore jendela semua ditutup malamnya tidak perlu
menyemprot obat nyamuk atau pasang kelambu”, “membakar tumpukan sampah terus membersihkan air genangan di got”
Kesimpulan : yang dilakukan responden 6 saat terkena gejala-gejala penyakit malaria
adalah membersihkan lingkungan, menutup jendela pada jam 6 sore agar malamnya
tidak perlu menyemprot obat nyamuk, membakar tumpukan sampah dan membersihkan
genangan air got.
Responden
7
Notulen 1 :
“berprilaku hidup
bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan membersihkan rawa-rawa yang ada
di sekitar rumah karena rawa-rawa itu adalah tempat perkembangbiakan nyamuk
anopheles”, “memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali”
Notulen 2 :
“berprilaku hidup
bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan membersihkan rawa-rawa yang ada
di sekitar rumah karena rawa-rawa itu adalah tempat perkembangbiakan nyamuk
anopheles”, “memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali”
Notulen 3
: “berprilaku hidup
bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan membersihkan rawa-rawa yang ada
di sekitar rumah karena rawa-rawa itu adalah tempat perkembangbiakan nyamuk
anopheles”, “memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali”
Kesimpulan : yang dilakukan responden 7 saat terkena gejala-gejal penyakit malaria adalah dengan cara berperilaku hidup bersih dan sehat, menjaga kebersihan
lingkungan, membersihkan rawa-rawa disekitar rumah, memakai atau membakar obat
nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Metode penelitian kualitatif
merupakan sejenis penelitian formatif yang memberikan teknik untuk memperoleh
informasi mendalam tentang pendapat seseorang. Penggunaan metode kualitatif
adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau
realita.
4.1.2
Jenis-jenis metode kualitatif antara lain: Penelitian
Fenomenologi,Penelitian Grounded Theory, Penelitian Etnografi, Penelitian
Biografi dan Penelitian Kasus.
4.1.3
Metode kuantitatif mementingkan adanya variabel sebagai objek penelitian
selanjutnya perbedaan pada segi tujuan sedangkan kualitatif tujuan utama
penelitian ialah mengembangkan pengertian
konsep- konsep yang akhirnya menjadi teori.
4.1.4
Fokus Group Diskusi adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data
kualitatitf, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang
moderator atau fasilitator mengenai suatu topik.
4.1.5
Teknik pelaksanaan FGD, antara lain : persiapan FGD, pembukaan FGD, teknik
pengelolaan FGD, penutupan FGD.
4.2
Saran
4.2.1 Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua yang telah membaca laporan ini demi penyempurnaan
dimasa yang akan datang.
4.2.2
Bagi Pembaca
Bagi pembaca laporan ini, apabia memiliki
minat menulis tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih
dalam lagi tentang penyakit malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Jenis-jenis
Penelitian Kualitatif.
Budiardjo, dkk (1994), Metotologi Penelitian Kedokteran, EGC,
Jakarta
Creswell.
J. W. (1994). Research Design Qualitantive & Quantitative Approaches.
London. New
Delhi: Sage.
Denzin.
N. K. & Lincoln. Y. S. (Editors) (1994). Handbook of Qualitative
Research. London.
New Delhi: Sage.
Guba. E. G. (1990). The Paradigm Dialog. London. New Delhi: Sage.
Irwanto, (2006). Focussed Group
Discussion. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Kresno Sudarti, dkk, 2007. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pemantauan dan Evaluasi Program
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depkes RI.
Mc. Carthy. T. (2006). Teori Kritis Jürgen Habermas (Alih
Bahasa oleh Nurhadi).
Miles.
M. B. & Huberman. A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif (Alih
Bahasa oleh Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta.
UI. Press.
Moleong.
L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan Keempat Belas). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mutiara Tia dkk, (2006). Ilmu
Pengetahuan Alam. Erlangga, Jakarta.
Poespordiharjo,
Aris widodo, 2010. Beyond Border : Communication Modernity Dan History. London school.
Pinkqu, (2013). Ringkasan Jenis-Jenis Penelitian.
Silverman. D. (1997). Qualitative Research:
Theory, Method and Practice. London:
Sage.
Suparlan.
P. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Program S-2 Kajian
Wilayah Amerika Universitas Indonesia.
Suparlan.
P. (1997). Paradigma Naturalistik dalam Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kualitatif dan Penggunaannya. Majalah Antropologi Indonesia. No. 53. Vol.
21. Jurusan Antropologi FISIP Universitas Indonesia.
Strauss.
A. & Corbin. J. (1990). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques. London.
New Delhi:
Sage.
Strauss.
A. & Corbin. J. (1990). Qualitative Analysis For Social Scientists.
New York: Cambridge University Press.
Wasis, (2008). Pedoman
Riset Praktis Untuk Profesi Perawat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
WHO, (2011). Pengertian Malaria, Wikipedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar