Minggu, 05 April 2015

Fokus Group Discussion



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Dalam melakukan penelitian ada dua metode penelitian yang di pakai. Yang pertama adalah penelitian kualitatif, dan yang kedua adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan, dimulai dengan perbedaan pada segi konsep. Pada metode kualitatif lebih menitik beratkan pada makna, penalaran definisi suatu situasi tertentu.
Sedangkan pada metode kuantitatif mementingkan adanya variabel sebagai objek penelitian selanjutnya perbedaan pada segi tujuan. Pada kualitatif tujuan utama penelitian ialah mengembangkan pengertian  konsep- konsep yang akhirnya menjadi teori. Sementara pada kuantitatif  bertujuan untuk menguji teori membangun fakta menunjukkan hubungan antar variabel.
Penelitian kualitatif lebih menitik beratkan penelitiannya dengan menggali informasi dari responden. Dimana yang berperan aktif dalam metode ini adalah fasilitator. Fasilitator lebih berperan dalam menggali informasi dari responden. Fasilitator juga harus lebih mampu mengendalikan jalannya proses diskusi. Pengumpulan data dianggap selesai jika fasilitator telah sampai ke pertannyaan yang tidak ada lagi jawabannya dari responden.
Metode penelitian kualitatif merupakan sejenis penelitian formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Penelitian ini memungkinkan kita mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight) mengenai sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku target populasi (Kresno dkk, 2007).
Pengumpulan data penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik Fokus Group Diskusi. Fokus Group Diskusi (FGD) akan memberikan data yang mendalam mengenai persepsi dan pandangan peserta. Oleh karena itu, dalam FGD digunakan pertanyaan yang terbuka, yang memungkinkan peserta untuk memberikan jawabannya yang disertai dengan penjelasan-penjelasan (Kresno dkk, 2007).
Fokus Group Diskusi merupakan salah satu topik yang sangat sering digunakan dalam teknik mengumpulan data kualitatif, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik (Kresno dkk, 2007).
Fokus Group Diskusi membutuhkan topik khusus, pada penelitian kali ini kami menguraikan tentang penyakit malaria. Dimana malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Didalam tubuh manusia, parasit plasmodium akan berkembangbiak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah yang akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala malaria, seperti gejala pada penderita influenza, bila tidak terobati maka akan semakin parah dan dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian (WHO, 2011).
Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa Fokus Group Diskusi merupakan teknik pengumpulan data dalam metode penelitian kualitatif sehingga mendapatkan informasi dari mahasiswa mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap penyakit malaria.
                                 
1.2.   Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang penelitian kualitatif secara umum.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.    Agar mahasiswa memahami definisi dan fungsi metode penelitian kualitatif
2.    Agar mahasiswa memahami jenis-jenis metode penelitian kualitatif
3.    Perbedaan metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif
4.    Memahami definisi Fokus Group Diskusi (FGD)
5.    Memahami teknik pelaksanaan Fokus Group Diskusi (FGD)
6.    Memiliki keterampilan untuk melaksanakan Fokus Group Diskusi (FGD)
7.    Mampu mencatat hasil wawancara Fokus Group Diskusi (FGD)
8.    Mampu menyusun laporan wawancara dalam bentuk makalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sejenis penelitian formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Sifat kualitatif tersebut tidak hanya berlaku pada teknik untuk mendapatkan jawaban saja tapi juga teknik analisanya (Kresno, dkk, 2007).
Menurut Mutiara (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan menggunakan alat indera tanpa mengacu pada satuan pengukuran baku. Data yang didapat dari penelitian kualitatif berupa deskripsi mengenai suatu keadaan atau kejadian, sedangkan menurut Strauss dan Corbin (1990), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang membuahkan berbagai penemuan yang tak dapat dicapai dan diperoleh dengan menggunakan data statistik seperti layaknya apa yang digunakan didalam penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kualitatif diartikan sebagai sebuah metode penelitian yang menggunakan data yang menggambarkan sesuatu dari ucapan dan tulisan serta sikap dan prilaku dari beberapa orang yang dijadikan sebagai objek penelitian tersebut (Budiardjo, dkk 1994). Menurut Moleong (2001), metode penelitian kualitatif lebih ditunjukkan untuk masalah yang belum jelas, pada populasi yang sedikit dan cakupan wilayah terbatas, metode kualitatif lebih cocok untuk menemukan teori hipotesis melalui non parametrik.
Creswell, J.W (1994), mengemukakan penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian untuk memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah.
Penelitian kualitatif merupakan suatu komitmen terhadap pandangan naturalistik-pendekatan interpretatif terhadap pokok persoalan studi dan suatu kritik yang berkelanjutan terhadap politik dan metode positivisme. Penelitian kualitatif menekankan realitas yang dibentuk secara sosial, hubungan yang erat antara peneliti dan yang diteliti dan ciri penelitian yang sarat nilai (Denzin & Lincoln, 1998).
Selanjutnya, Denzin & Lincoln menjelaskan penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus, ketimbang mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan penjelasan tersurat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu kelompok partisipan. Penelitian kualitatif juga disebut etno-metodologi atau penelitian lapangan. Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok manusia dalam latar/setting sosial.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003) sedangkan menurut Nana Syaodih (2001) penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social eperience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu.
Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Dalam penelitian kualitatif yang digunakan didalam metode penelitian adalah apa yang ada didalam masyarakat, searah tingkah laku, aktifitas sosial dan juga beberapa hal di dalam masyarakat yang lain. Terkadang apa yang terjadi tersebut dianggap sebagai sebuah hal yang sulit untuk dimengerti sehingga membutuhkan data penjelas untuk lebih memahami hal tersebut. Penelitian kualitatif dianggap sebagai sebuah tradisi tertentu dalam sebuah ilmu pengetahuan yang meneliti mengenai sosial masyarakat (Miles dan Huberman, 1992).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan.

2.2  Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga perspektif, yaitu perspektif paradigma penelitian, aplikasi penelitian dan tujuan penelitian. Perspektif paradigma penelitian  sendiri dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif meliputi 5 jenis yaitu:
1.        Penelitian Fenomenologi
Penelitian fenomenologi atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Pendekatan fenomenologi menunda semua penelitian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche  (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden (Creswell, 1994).
2.        Penelitian Grounded Theory
Walaupun suatu study pendekatan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu. Situasi diman individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
3.        Penelitian Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok social. Etnografi juga merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Peneliti meneliti ciri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan (Anonim, 2013).
4.        Penelitian Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri (Pinkqu, 2013).
5.        Penelitian Kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Creswell, 1994).
Penelitian jenis kualitatif biasanya merupakan perkembangan dari penelitian jenis kuantitatif. Penelitian yang telah dilakukan dengan kuantitatif jika dirasakan hasilnya kurang memuaskan dan memerlukan kajian yang mendalam, dapat dilanjutkan dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian jenis ini akan menjawab secara detail karena bersifat deskriptif dan menjelaskan gejala-gejala yang diamati secara mendalam (Wasis, 2008).

2.3    Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Metode Penelitian Kualititatif
Suparlan (1997) menjelaskan perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif sebagai berikut:
1.        Penelitian Kuantitatif
Landasan berpikir pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Pandangan filsafat positivisme adalah bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala sosial yang disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai “benda”. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung (Suparlan, 1997).
Pada buku yang lain Suparlan menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu dalam kehidupan manusia, yang dinamakan variabel. Statistik dalam penelitian kuantitatif berguna untuk menggolong-golongkan dan menyederhanakan variasi dan hierarki yang ada dengan ketepatan yang dapat diukur, termasuk juga dalam penganalisaan dari data yang telah dikumpulkan (Suparlan, 1994).
2.        Penelitian Kualitatif
Landasan berpikir dalam penelitian kualitatif adalah pemikiran Max Weber (1997) yang menyatakan bahwa pokok penelitian sosiologi bukan gejala-gejala sosial, tetapi pada makna-makna yang terdapat di balik tindakan-tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala-gejala sosial tersebut. Agar dapat memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial, maka seorang peneliti harus dapat berperan sebagai pelaku yang ditelitinya, dan harus dapat memahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat pemahaman yang sempurna mengenai makna-makna yang terwujud dalam gejala-gejala sosial yang diamatinya (Suparlan, 1997).
Pada buku yang lain, Suparlan menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Penelitian kualitatif sasaran kajiannya adalah pola-pola yang berlaku yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum dan mendasar berlaku dan menyolok berdasarkan atas kehidupan manusia, (Suparlan, 1994).
Perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif akan dikemukakan pandangan Cresswell (1994) sebagai berikut:
Model Kuantitatif :
1.      Mengukur fakta yang objektif
2.      Terfokus pada variabel-variabel
3.      Reliabilitas merupakan kunci
4.      Bersifat bebas nilai
5.      Tidak tergantung pada konteks
6.      Terdiri atas kasus atau subjek yang banyak
7.      Menggunakan analisis statistik
8.      Peneliti tidak terlibat
Model Kualitatif :
1.      Mengonstruksi realitas sosial, makna budaya
2.      Berfokus pada proses interpretasi dan peristiwa-peristiwa
3.      Keaslian merupakan kunci
4.      Nilai hadir dan nyata / tidak bebas nilai
5.      Terikat pada situasi / terikat pada konteks
6.      Terdiri atas beberapa kasus atau subjek
7.      Bersifat analisis tematik
8.      Peneliti terlibat
Perbedaan Kuantitatif dan Kualitatif Menurut Guba & Lincoln (1988), Mc Cracken (1985) dalam Creswell, (1994) :

Kuantitatif
Kualitatif
Realitas itu objektif, dan tunggal, terpisah dari peneliti
Realitas itu subjektif dan ganda, seperti yang dilihat oleh peneliti dalam studinya
Peneliti tidak tergantung dari yang diteliti
Peneliti berinteraksi dengan apa yang diteliti
Bebas nilai dan tidak bias
Tidak bebas nilai dan bias
-        Formal
-        Berdasarkan pada seperangkat definisi
-        Bahasa yang tidak personal (impersonal)
-        Menggunakan kata-kata yang diterima secara kuantitatif
-        Informal
-        Terkandung dalam definisi
-        Bahasa personal
-        Menggunakan kata-kata yang diterima oleh kualitatif
-        Proses deduktif
-        Sebab dan akibat
-        Disain yang statis, kategori-kategori terisolasi sebelum studi dilakukan
-        Bebas konteks
-        Generalisasi digunakan untuk memprediksi, menjelaskan dan memahami
-        Keakuratan dan keajegan melalui validitas dan reliabilitas
-        Proses induktif
-        Faktor-faktor dibentuk secara bersama
-        Disain berkembang, kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian
-        Terikat pada konteks
-        Pola (kerangka), teori-teori dikembangkan untuk memahami
-        Keakuratan dan keajegan melalui verifikasi

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang Penelitian Kualitatif, berikut perbedaan asumsi-asumsi Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif menurut Creswell (1994) :
1.        Asumsi-asumsi Penelitian Kuantitatif
a.      Realitas bersifat objektif dan tunggal, terpisah dari peneliti.
b.      Peneliti bebas dari apa yang diteliti.
c.       Bebas nilai dan tidak bias.
d.      Bahasa formal, berdasarkan seperangkat definisi, kata-kata yang tidak personal (impersonal), menggunakan kata-kata kuantitatif yang sudah diterima (disepakati).
e.      Proses deduktif, mencari sebab dan akibat, desain yang statis dalam arti kategori-kategori sudah dipisah-pisah sebelum studi diadakan; bebas konteks; generalisasi membawa pada prediksi, penjelasan dan pemahaman; keakuratan dan kehandalan melalui validitas dan reliabilitas.
2.        Asumsi-asumsi Penelitian Kualitatif
a.      Realitas bersifat subjektif dan ganda seperti dilihat partisipan (subjek yang diteliti) dalam suatu studi.
b.      Peneliti berinteraksi dengan apa yang diteliti.
c.       Tidak bebas nilai dan bias.
d.      Informal, keputusan-keputusan mengalami perkembangan, menggunakan kata-kata yang personal, menggunakan kata-kata yang diterima kualitatif.
e.      Faktor-faktor dibentuk (diidentifikasi) bersamaan secara timbal balik; desain yang dinamis (berkembang selama studi) dalam arti kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian), desain disusun kemudian; terkait konteks; pola-pola, teori-teori dikembangkan untuk memahami; akurasi dan kehandalan melalui verifikasi.

2.4  Definisi FGD (Fokus Group Discussion)
Fokus Group Diskusi adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatitf, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik (Kresno, dkk, 2007) sedangkan menurut Irwanto (2006) Fokus Group Diskusi adalah suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
FGD adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang banyak digunakan, khususnya oleh pembuat keputusan atau peneliti, karena relatif cepat selesai dan lebih murah. Teknik FGD mempermudah pengambil keputusan atau peneliti dalam memahami sikap, keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta mengenai topik yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan yang tidak terungkap dibalik respons peserta (Silverman D, 1997).
Fokus Group Diskusi merupakan pengumpulan data dengan FGD mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian yaitu dengan FGD dapat diperoleh informasi mendalam yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara atau angket, sedangkan kerugian yang diderita dengan FGD adalah terbatasnya jumlah fasilitator yang andal dan kesimpulan yang ditarik bersifat subjektif  (Budiarto, 2011).
Focus group discussion yaitu teknik pengumpulan data yang didalamnya terdapat moderator yang memimpin interaksi dan diskusi di dalam teknik yang terstuktur dan tidak terstuktur (Poespordihardjo 2010).
Fokus Group Diskusi merupakan salah satu metode dasar untuk untuk memberikan kesempatan kepada peserta diskusi untuk memberikan pandangannya tentang suatu topik. Kegiatan ini memungkinkan setiap peserta diskusi menyumbangkan perspektif yang berbeda satu sama lain.
FGD adalah diskusi yang direncanakan secara hati-hati untuk membangun suasana yang memungkinkan peserta diskusi mengemukakan pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut. FGD di pimpin oleh seorang moderator yang handal dan didampingi oleh asisten moderator yang bertugas mencatat isi proses diskusi.
Focus Group, adalah kelompok khusus yang dipandang dari segi tujuan, ukuran, komposisi dna prosedurnya. Biasanya focus Group  terdiri atas 7 sampai 10 orang yang dipilih karena memiliki suatu karakteristik tertentu yang sama, yang terkait dengan topik yang akan didiskusikan. Jumlah peserta ditentukan oleh 2 aspek harus cukup kecil sehingga setiap orang berkesempatan mengemukakan pendapatnya, dan cukup besar untuk bisa meanmpilkan keragaman persepsi.

2.5  Teknik Pelaksanaan FGD
2.5.1        Persiapan Fokus Group Diskusi
Fasilitator dan pencatat harus datang tepat waktunya sebelum peserta Fokus Group datang. Mereka sebaiknya bercakap-cakap secara informal dengan peserta. Ambillah kesempatan ini untuk mengenal nama peserta dan yang menjadi perhatian mereka.
Fasilitator harus mempersiapkan tempat duduk peserta sedemikian rupa sehingga para peserta terdorong untuk mau berbicara. Sebaiknya peserta duduk dalam satu lingkaran bersama-sama fasilitator. Pencatat biasanya duduk diluar lingkaran tersebut. Fasilitator harus mengusahakan tidak ada interupsi dari luar pada waktu FGD berjalan. Semua perlengkapan FGD harus disiapkan, misalnya : kaset, batere, petunjuk diskusi (Kresno, dkk, 2007).

2.5.2        Pembukaan Fokus Group Diskusi
Pada waktu membuka diskusi, fasilitator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.      Jelaskan tujuan diadakan FGD serta perkenalkan nama fasilitator serta pencatat dan peranannya masing-masing.
b.      Minta peserta memperkenalkan diri dan fasilitator harus cepat mengingat nama peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.
c.       Jelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk memberikan ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari para peserta.
d.      Tekankan bahwa pendapat dari semua peserta harus sangat penting, sehingga diharapkan semua peserta bebas mengeluarkan pendapat.
e.      Jelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan jangan berebutan menjawabnya pada waktu yang bersamaan.
f.        Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum yang tidak berkaitan dengan topik diskusi (Kresno, dkk, 2007).

2.5.3        Teknik Pengelolaan Fokus Gruop Diskusi
Beberapa teknik dapat dilakukan pada waktu melaksanakan FGD, yaitu:
a.      Klarifikasi
Sesudah peserta menjawab pertanyaan, fasilitator dapat mengulangi jawaban peserta dalam bentuk pertanyaan untuk meminta penjelasan yang lebih lanjut. Misalnya apakah saudara dapat menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut.
b.      Reorientasi
Agar supaya diskusi hidup dan menarik, teknik reorientasi harus efektif. Fasilitator dapat menggunakan jawaban seorang peserta untuk ditanyakan kepada peserta yang lain. Misalnya: ibu Sri, ibu mengatakan bahwa ibu menyusui bayi ibu sampai 6 bulan. Bagaimana ibu Tati? (yang selalu diam), sampai berapa bulan ibu menyusui bayi ibu?
c.       Ahli atau orang lain yang berpengaruh
Usahakan agar orang yang ahli misalnya bidan, dokter atau lurah tidak hadir dalam pertemuan FGD ibu-ibu pengunjung Posyandu. Tetapi apabila tidak dapat dihindari maka mohon kepada mereka untuk diam dan mendengarkan diskusi apabila ada ide atau saran-saran bisa dikemukakan kepada fasilitator sesudah diskusi.
d.      Peserta yang dominan
Apabila ada peserta yang dominan, maka fasilitator harus lebih banyak memperhatikan peserta lain agar supaya mereka lebih berpartisipasi. Dapat juga dilakukan dengan tidak memperhatikan orang yang dominan tersebut sehingga tidak mendorongnya untuk memberikan jawaban. Kalau tidak berhasil maka secara sopan fasilitator dapat menyatakan kepadanya untuk memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk berbicara.
e.      Peserta yang diam
Agar supaya peserta yang diam mau berpartsipasi, maka sebaiknya memberikan perhatian yang banyak kepadanya dengan selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.
f.        Penggunaan gambar atau foto
Dalam melakukan FGD, fasilitator dapat menggunakan photo atau gambar, misalnya memperhatikan foto anak yang kurang gizi dan menanyakan “bagaimana keadaan anak tersebut? Apa yang harus ibu lakukan?” (Kresno, dkk, 2007).



2.5.4        Penutupan Fokus Gruop
Untuk menyimpulkan pertemuan Fokus Group, fasilitator sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.      Jelaskan bahwa pertemuan sudah selesai, tanyakan kepada masing-masing peserta apakah masih ada lagi komentar. Komentar yang sesuai dapat digali lebih mendalam.
b.      Ucapkan terimakasih kepada para peserta atas partisipasinya dan menyatakan bahwa komentar mereka sangat berguna untuk penyusunan program atau untuk merancang materi pendidikan dan lain-lain.
Sesudah FGD selesai, fasilitator dan pencatat harus bertemu untuk melengkapi catatan hasil diskusi (Kresno, dkk, 2007).

Menurut Moleong, (2001) Fokus Group Diskusi memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
a.      Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b.      Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c.        Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d.      Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.

2.        Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah :
a.      Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
b.      Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
c.       Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
d.      Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
e.      Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

3.        Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut :
a.      Membuat pokok - pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
b.      Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Berdasarakan Budiardjo, dkk (1994) Membuat langkah penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini :
1.        Tahap Persiapan
a.      Merumuskan tujuan pembelajaran.
b.      Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c.       Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
d.      Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi : menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah, menentukan alokasi waktu, menuliskan garis besar bahan diskusi, menentukan format susunan tempat dan menentukan aturan main jalannya diskusi.
e.      Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi : menggandakan bahan diskusi, menentukan dan mendisain tempat, dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.        Tahap pelaksanaan
a.      Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b.      Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c.       Menjelaskan prosedur diskusi.
d.      Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e.      Melaksanakan diskusi.
3.      Tahap penutup
a.      Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b.      Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c.       Memberikan umpan balik.
d.      Menyimpulkan hasil diskusi.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN FGD

3.1  Pelaksanaan FGD
3.1.1   Peserta
Peserta yang kami ambil adalah mahasiswi Fakultas HukumUniversitas Muhammadiyah Aceh. Peserta berjumlah 7 orang dimana semuanya berjenis kelamin perempuan dan berusia antara 19 sampai 20 tahun dan sedang duduk di semester 3.

3.1.2   Tempat/Lokasi
Proses Fokus Group Diskusi dilaksanakan di Mesjid Jakfar Hanafiah pada tanggal 20 Januari 2015 berlangsung pukul 11.00 WIB sampai 12.00 WIB.

3.2  Pelaksana
Fasilitator I                  : Romayana
Fasilitator II                 : Ichsan Indika
Notulen I                     : Intan Marlia Sari
Notulen II                    : Yeni Agustina Ningsih
Notulen III                   : Meilinda Sari
Pengamat I                  : Novita Sari
Pengamat II                 : Nurafni Rahmi

3.3  Hasil Wawancara
1.      Hasil Olahan Pengetahuan Responden
Responden 1
Notulen 1 : “malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles
Notulen 2 : malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penyakit anopheles
Notulen 3 : malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penyakit anopheles
Kesimpulan :  responden 1 cuma mengetahui bahwa penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles.
Responden 2
Notulen 1 : penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor
Notulen 2 : penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor
Notulen 3 : penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor
Kesimpulan : responden 2 hanya mengetahui bahwa penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles disebabkan karena lingkungan yang kotor.
Responden 3
Notulen 1  : “penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles
Notulen 2  : penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles
Notulen 3 : penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles
Kesimpulan : responden 3 hanya mengetahui bahwa penyakit malaria yang disebabkan oleh nyamuk anopheles.
Responden 4
Notulen 1 : “penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles, nyamuk yang biasanya ada di lingkungan kotor, kurang bersih dan ditempat yang banyak genangan air
Notulen 2 : “penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles, nyamuk yang biasanya ada di lingkungan kotor, kurang bersih dan ditempat yang banyak genangan air
Notulen 3 : “penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles, nyamuk yang biasanya ada di lingkungan kotor, kurang bersih dan ditempat yang banyak genangan air
Kesimpulan : responden 4 , hanya mengetahui malaria itu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles yang biasanya ada dilingkungan kotor dan ditempat yang banyak genangan air.
Responden 5
Notulen 1 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles
Notulen 2 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles
Notulen 3 : “penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles
Kesimpulan : responden 5 kurang mengetahui tentang malaria dan hanya menjawab penyakit malaria itu disebabkan oleh gigitan nyamuk anopheles.
Responden 6
Notulen 1 : penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium”
Notulen 2 : penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium”
Notulen 3 : penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium”
Kesimpulan : responden 6 berpendapat bahwa penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit plasmodium.
Responden 7
Notulen 1 : “penyakit menular yang diakibatkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak di rawa-rawa atau genangan air yang kotor”
Notulen 2 : “penyakit menular yang diakibatkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak di rawa-rawa atau genangan air yang kotor”
Notulen 3 : “penyakit menular yang diakibatkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak di rawa-rawa atau genangan air yang kotor”
Kesimpulan : responden 7 berpendapat bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles yang berkembang biak digenangan air yang kotor.

2.        Hasil Olahan Sikap Responden
Responden 1
Notulen 1 : “minum obat clorin yang bisa mencegah masuknya parasit, memakai kelambu, memakai/membakar obat nyamuk, menguras bak mandi 3x seminggu, membersihkan lingkungan agar tetap terlalu bersih, perilaku hidup bersih dan sehat”
Notulen 2 : “minum obat clorin yang bisa mencegah masuknya parasit, memakai kelambu, memakai/membakar obat nyamuk, menguras bak mandi 3x seminggu, membersihkan lingkungan agar tetap terlalu bersih, perilaku hidup bersih dan sehat”
Notulen 3 : “minum obat clorin yang bisa mencegah masuknya parasit, memakai kelambu, memakai/membakar obat nyamuk, menguras bak mandi 3x seminggu, membersihkan lingkungan agar tetap terlalu bersih, perilaku hidup bersih dan sehat”
Kesimpulan : responden 1 cara pencegahan malaria adalah minum obat clorin yang bisa dicegah masuknya parasit, memakai kelambu, mamakai/membakar obat nyamuk, menguras bak mandi 3 kali seminggu.
Responden 2
Notulen 1 : berperilaku hidup sehat, membersihkan rumah setiap minggu, membersihkan kamar kos setiap pagi
Notulen 2 : berperilaku hidup sehat, membersihkan rumah setiap minggu, membersihkan kamar kos setiap pagi
Notulen 3 : berperilaku hidup sehat, membersihkan rumah setiap minggu, membersihkan kamar kos setiap pagi
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 2 adalah berperilaku hidup sehat, membersihkan rumah setiap minggu, dan membersihkan kamar kost setiap pagi.
Responden 3
Notulen 1 : “menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria tersebut, menjaga kondisi sekeliling rumah, supaya penyakit itu jauh-jauh
Notulen 2 : “menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria tersebut, menjaga kondisi sekeliling rumah, supaya penyakit itu jauh-jauh
Notulen 3 : “menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria tersebut, menjaga kondisi sekeliling rumah, supaya penyakit itu jauh-jauh
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 3 adalah menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah terkena penyebab-penyebab penyakit malaria, menjaga sekeliling rumah.
Responden 4
Notulen 1 : “menjaga lingkungan supaya tidak kotor, tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak
Notulen 2 : “menjaga lingkungan supaya tidak kotor, tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak
Notulen 3 : “menjaga lingkungan supaya tidak kotor, tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 4 adalah menjaga lingkungan supaya tidak kotor dan tidak mudah nyamuk untuk berkembang biak.
Responden 5
Notulen 1 : “memakai kelambu, membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3x
Notulen 2 : “memakai kelambu, membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3x
Notulen 3 : “memakai kelambu, membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3x
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 5 memakai kelambu, membakar obat nyamuk dan menguras bak mandi seminggu 3 kali.
Responden 6
Notulen 1 : “menjaga kesehatan diri sendiri, agar tidak mudah terserang penyakit kemudian lingkungannya dan perkarangan rumah
Notulen 2 : “menjaga kesehatan diri sendiri, agar tidak mudah terserang penyakit kemudian lingkungannya dan perkarangan rumah
Notulen 3 : “menjaga kesehatan diri sendiri, agar tidak mudah terserang penyakit kemudian lingkungannya dan perkarangan rumah
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 6 menjaga kesehatan diri sendiri agar tidak mudah terserang penyakit dan menjaga lingkungan perkarangan rumah.
Responden 7
Notulen 1 : “mendukung untuk membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gototng royong di desa demi kenyamanan bersama
Notulen 2 : “mendukung untuk membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gototng royong di desa demi kenyamanan bersama
Notulen 3 : “mendukung untuk membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gototng royong di desa demi kenyamanan bersama
Kesimpulan : sikap dalam pencegahan malaria menurut responden 7 mendukung untuk membersihkan rumah, lingkungan sekitar, ikut partisipasi gotong royong didesa.

3.        Hasil Olahan Perilaku Responden
Responden 1
Notulen 1 : “memasang kawat kasa pada ventilasi, kalau tidur pakai lotion anti nyamuk, disemprot, “membersihkan lingkungan, menutup genangan air yang kotor bagaimana caranya tidak ada nyamuk dirumah
Notulen 2 : “memasang kawat kasa pada ventilasi, kalau tidur pakai lotion anti nyamuk, disemprot, “membersihkan lingkungan, menutup genangan air yang kotor bagaimana caranya tidak ada nyamuk dirumah
Notulen 3 : “memasang kawat kasa pada ventilasi, kalau tidur pakai lotion anti nyamuk, disemprot, “membersihkan lingkungan, menutup genangan air yang kotor bagaimana caranya tidak ada nyamuk dirumah
Kesimpulan : hasil jawaban dari responden 1 yang dilakukan saat terkena gejala-gejala penyakit malaria itu adalah dengan memasang kawat kasa pada ventilasi, memakai lotion anti nyamuk, disemprot, membersihkan lingkungan, menutup genangan air yang kotor.
Responden 2
Notulen 1 : “tidur pakek kelambu, pakai lotion anti nyamuk, semprot obat nyamuk
Notulen 2 : “tidur pakek kelambu, pakai lotion anti nyamuk, semprot obat nyamuk” Notulen 3 : “tidur pakek kelambu, pakai lotion anti nyamuk, semprot obat nyamuk” Kesimpulan : yang dilakukan responden 2 saat terkena gejala-gejala penyakit malaria adalah tidur memakai kelambu, pakai lotion anti nyamuk dan semprot obat nyamuk.
Responden 3
Notulen 1 : “menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang biak
Notulen 2 : “menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang biak
Notulen 3 : “menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang biak
Kesimpulan : yang dilakukan responden 3 saat terkena gejala-gejala malaria adalah menjaga kesehatan dan menjaga kesehatan diri supaya nyamuk tidak berkembang biak.

Responden 4
Notulen 1 : “menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti yang di iklan-iklan, memakai lotion, kalau tidak ventilasi bisa memakai kelambu
Notulen 2 : “menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti yang di iklan-iklan, memakai lotion, kalau tidak ventilasi bisa memakai kelambu
Notulen 3 : “menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti yang di iklan-iklan, memakai lotion, kalau tidak ventilasi bisa memakai kelambu
Kesimpulan : yang dilakukan responden 4 saat terkena gejala-gejala malaria adalah menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, memakai lotion, dan memakai kelambu.

Responden 5
Notulen 1 : “penyemprotan, pasang kawat kasa di ventilasi rumah dan menjaga lingkungan yang bersih
Notulen 2 : “penyemprotan, pasang kawat kasa di ventilasi rumah dan menjaga lingkungan yang bersih
Notulen 3 : “penyemprotan, pasang kawat kasa di ventilasi rumah dan menjaga lingkungan yang bersih
Kesimpulan : yang dilakukan responden 5 saat terkena gejala-gejala penyakit malaria adalah dengan melakukan penyemprotan, pemasangan kawat kasa pada ventilasidan menjaga lingkungan yang bersih.
Responden 6
Notulen 1 : “pembersihan lingkungan, kalau sudah jam 6 sore jendela semua ditutup malamnya tidak perlu menyemprot obat nyamuk atau pasang kelambu”, “membakar tumpukan sampah terus membersihkan air genangan di got”
Notulen 2 : “pembersihan lingkungan, kalau sudah jam 6 sore jendela semua ditutup malamnya tidak perlu menyemprot obat nyamuk atau pasang kelambu”, “membakar tumpukan sampah terus membersihkan air genangan di got”
Notulen 3 : “pembersihan lingkungan, kalau sudah jam 6 sore jendela semua ditutup malamnya tidak perlu menyemprot obat nyamuk atau pasang kelambu”, “membakar tumpukan sampah terus membersihkan air genangan di got”
Kesimpulan : yang dilakukan responden 6 saat terkena gejala-gejala penyakit malaria adalah membersihkan lingkungan, menutup jendela pada jam 6 sore agar malamnya tidak perlu menyemprot obat nyamuk, membakar tumpukan sampah dan membersihkan genangan air got.
Responden 7
Notulen 1 : “berprilaku hidup bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan membersihkan rawa-rawa yang ada di sekitar rumah karena rawa-rawa itu adalah tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles”,  “memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali
Notulen 2 : “berprilaku hidup bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan membersihkan rawa-rawa yang ada di sekitar rumah karena rawa-rawa itu adalah tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles”,  “memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali
Notulen 3 : “berprilaku hidup bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan membersihkan rawa-rawa yang ada di sekitar rumah karena rawa-rawa itu adalah tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles”,  “memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali
Kesimpulan : yang dilakukan responden 7 saat terkena gejala-gejal penyakit malaria adalah dengan cara berperilaku hidup bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan rawa-rawa disekitar rumah, memakai atau membakar obat nyamuk, menguras bak mandi seminggu 3 kali.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1  Kesimpulan
4.1.1  Metode penelitian kualitatif merupakan sejenis penelitian formatif yang memberikan teknik untuk memperoleh informasi mendalam tentang pendapat seseorang. Penggunaan metode kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita.
4.1.2        Jenis-jenis metode kualitatif antara lain: Penelitian Fenomenologi,Penelitian Grounded Theory, Penelitian Etnografi, Penelitian Biografi dan Penelitian Kasus.
4.1.3        Metode kuantitatif mementingkan adanya variabel sebagai objek penelitian selanjutnya perbedaan pada segi tujuan sedangkan kualitatif tujuan utama penelitian ialah mengembangkan pengertian  konsep- konsep yang akhirnya menjadi teori.
4.1.4        Fokus Group Diskusi adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatitf, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik.
4.1.5        Teknik pelaksanaan FGD, antara lain : persiapan FGD, pembukaan FGD, teknik pengelolaan FGD, penutupan FGD.

4.2      Saran 
4.2.1    Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua yang telah membaca laporan ini demi penyempurnaan dimasa yang akan datang.

4.2.2        Bagi Pembaca
Bagi pembaca laporan ini, apabia memiliki minat menulis tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi tentang penyakit malaria.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif.

Budiardjo, dkk (1994), Metotologi Penelitian Kedokteran, EGC, Jakarta
Creswell. J. W. (1994). Research Design Qualitantive & Quantitative Approaches. London. New Delhi: Sage.

Denzin. N. K. & Lincoln. Y. S. (Editors) (1994). Handbook of Qualitative Research. London. New Delhi: Sage.

Guba. E. G. (1990). The Paradigm Dialog. London. New Delhi: Sage.
Irwanto, (2006). Focussed Group Discussion. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Kresno Sudarti, dkk, 2007. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pemantauan dan Evaluasi Program Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depkes RI.

Mc. Carthy. T. (2006). Teori Kritis Jürgen Habermas (Alih Bahasa oleh Nurhadi).
Miles. M. B. & Huberman. A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif (Alih Bahasa oleh Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta. UI. Press.

Moleong. L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan Keempat Belas). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mutiara Tia dkk, (2006). Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga, Jakarta.
Poespordiharjo, Aris widodo, 2010. Beyond Border : Communication Modernity Dan History. London school.

Pinkqu, (2013). Ringkasan Jenis-Jenis Penelitian.

Silverman. D. (1997). Qualitative Research: Theory, Method and Practice. London: Sage.

Suparlan. P. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Program S-2 Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia.


Suparlan. P. (1997). Paradigma Naturalistik dalam Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif dan Penggunaannya. Majalah Antropologi Indonesia. No. 53. Vol. 21. Jurusan Antropologi FISIP Universitas Indonesia.

Strauss. A. & Corbin. J. (1990). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques. London. New Delhi: Sage.

Strauss. A. & Corbin. J. (1990). Qualitative Analysis For Social Scientists. New York: Cambridge University Press.

Wasis, (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

WHO, (2011). Pengertian Malaria, Wikipedia.





                            























Tidak ada komentar:

Posting Komentar