Selasa, 21 April 2015

SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT



A.      Pengertian Surveilans Kesehatan Masyarakat
Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.
Menurut German (2001), Surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan masyarakat dapat digunakan :
a.   Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus penting kesehatan masyarakat
b. Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk identifikasi populasi resiko tinggi
c.   Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
d.      Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
e.       Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publik
f.       Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan, dan
g.      Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.
Surveilans  kesehatan masyarakat adalah  pengumpulan,  analisis, dan analisis data secara terus- menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab  dalam  pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya  (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Menurut Timmreck (2005), surveilans epidemiologi adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi secara sistematik dan berkesinambungan pada data yang berkaitan dengan kesehatan, penyakit, dan kondisi. Temuan dari kegiatan surveilans epidemiologi digunakan untuk merencanakan, mengkaji, mengevaluasi, dan menerapkan program pencegahan dan pengendalian di bidang kesehatan.
Sementara menurut pendapat lain dikemukan, surveilans merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian.

B.       Contoh Surveilans Kesehatan Masyarakat di Bidang Kesehatan
1.   Surveilans individu mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi.
Contoh: anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.

2. Surveilans penyakit melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah).
Contoh: program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.

3.      Syndromic surveillance melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Contoh: Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.

           4.    Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi.
      Contoh: pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.
     5.   Surveilans kesehatan masyarakat global. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Contoh : ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi.

C.      Tujuan Surveilans Kesehatan Masyarakat
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.  Tujuan  khusus surveilans, antara lain:
1.      Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2.      Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;
3.    Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
5.      Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6.      Mengidentifikasi kebutuhan riset (Giesecke, 2002).

D.      Manfaat Surveilans Kesehatan Masyarakat
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
Manfaat surveilans kesehatan masyarakat yaitu sebagai berikut:
    1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung yang dapat dikaitkan dengan tindakantindakan/intervensi kesehatan masyarakat. Dalam rangka menguraikan pola kejadian penyakit yang sedang berlangsung, contoh kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
b.      Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
c.  Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperti vektor yang dapat menyebabkan sakit dikemudian hari
d.      Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
      2.  Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis. Ada  4 ( empat ) Keadaan Masalah Kesehatan yaitu :
a.   Epidemi adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.
b.  Pandemi adalah Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
c.   Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
d.    Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu frekwensinya berubah – ubah menurut perubahan waktu.
    3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk mendeteksi adanya KLB atau wabah. Melalui pemahaman riwayat penyakit, dapat bermanfaat sebagai berikut:
a.  Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam intervensi kesehatan masyarakat
b.      Membantu untuk mengidentifikasi penyakit untuk keperluan penelitian epidemiologi
c.       Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit
        4. Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Data dasar sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir intervensi yang diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
     5. Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
        6.    Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan program. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam kegiatan surveilans adalah:
a.       Frekuensi kejadian (insidens, prevalensdan mortalitas);
b.      Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan);
c.       Biaya (biaya langsung dan tidak langsung);
d.      Dapat dicegah (preventability);
e.       Dapat dikomunikasikan (communicability);
f.       Public interest
         7.  Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika penularan penyakit menular.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004b. Kepmenkes tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
German, R.R. (2001) Recommendations and Reports, Update Guidelines for Evaluating Public Health Surveillance System
Giesecke, J. 2002. Modern Infectious Disease Epidemiology. London:Arnold.
Timmreck, C.T. (2005). Epidemiologi : Suatu Pengantar. EGC, Jakarta








1 komentar: